PENGGUNAAN METODE PENUGASAN KELOMPOK
PADA WORKSHOP BEDAH SKL GURU IPA SMP
Oleh: Warsito, S.Si, MT (warsito_w@yahoo.com)
ABSTRAK
Pendidikan sebagai proses panjang pembangunan masa depan bangsa perlu kematangan, keseriusan dan konsistensi dalam perencanaan hingga implementasinya. Sampai saat ini pemerintah masih menyelenggarakan UN sebagai pemetaan mutu pendidikan, walaupun pada kenyataannya, proses pembuatan soal dan pelaksanaannya lebih cenderung UN berperan sebagai alat penentu kelulusan siswa.
Workshop bedah SKL sebagai sarana pembekalan kepada guru agar dapat mempersiapkan siswanya dengan baik menghadapi UN. Pemilihan metode penugasan kelompok dinilai cukup efektif karena dapat mengoptimalkan pelaksanaan workshop dengan kondisi peserta yang beraneka ragam kompetensi dan pengalamannya dengan tetap mengoptimalkan waktu yang tersedia.
Kegiatan workshop diikuti oleh tidak kurang dari 135 orang guru IPA SMP/MTs yang dibagi menjadi 20 kelompok. Agenda dimulai dari pembahasan kisi-kisi UN, Materi Esensial, pedoman penulisan soal dan dilanjutkan dengan pembuatan soal prediksi UN secara kelompok, verifikasi dan diakhiri dengan penguatan dan kesimpulan. Pertama-tama fasilitator menyampaikan materi, kemudian dilanjutkan dengan pemantauan kinerja kelompok dan memastikan masing-masing kelompok dapat bekerja dengan aktif, kondusif dan intensif dan dapat menciptakan suasana menyenangkan, memberikan penyegaran dan inspirasi sehingga peserta dapat tetap bersemangat sehingga target kompetensi dapat tercapai. Kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan 20 paket soal prediksi UN.
Kata Kunci :Metode Penugasan, Workshop, Bedah SKL, Guru IPA.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses jangka panjang dalam membangun masa depan suatu negara. Keberhasilan pelaksanaan program-program pendidikan saat ini baru bisa dilihat hasilnya setelah kurun waktu 17 tahun hingga 25 tahun mandatang. Oleh sebab perlu perencanaan dan konsistensi yang tinggi dalam pembuatan perencanaan maupun mengimplementasikan program-program di dalamnya. Walaupun kurikulum mengalami tumbuh dan perkembangan tapi tak berati kurikulum dapat seenaknya diubah dan diganti tanpa arah yang jelas. Karena komponen dalam kurikulum satu dan lainnya saling terkait dan mempengaruhi. Program yang dibuat mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi hingga di dunia kerja saling kait mengait. Sebaiknya perlu ditetapkan program jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendeknya. Program ini harus ditetapkan secara permanen, sehingga tidak berubah ketika pergantian kepemimpinan.
Gambar 1.1 Workshop Bedah SKL Guru IPA SMP
Kontroversi masalah UN sampai saat ini belum ada keputusan yang memuaskan semua pihak. Pemerintah juga masih tarik ulur kebijakan karena banyak kepentingan bermain di dalamnya. Sehingga sampai saat ini UN masih tetap menjadi kebijakan permanen pemerintah pusat. Oleh sebab itu tidak ada jalan lain yang terbaik kecuali mengambil nilai positifnya dan mempersiapkan sebaik mungkin kepada sekolah-sekolah agar pelaksanaannya bisa lebih baik lagi. Kita perlu persiapkan dengan baik dimana rahasia kesuksesan UN itu yang paling dasar.
Permasalahan rendahnya kemampuan siswa menyelesaikan soal UN terkadang tak terlepas dari gurunya juga, dimana banyak diantara guru yang kurang menguasai materi-materi yang di-UN-kan. Bahkan ketika diadakan Uji Kompetensi Guru banyak diantara guru yang nilainya cukup rendah. Bagaimana dapat menghasilkan siswa yang nilai UN-nya tinggi apabila nilai kompetensi gurunya saja rendah.
Selain itu sebahagian guru juga mengalami permasalahan dalam menyampaikan materi kepada siswa. Diantara guru yang menguasai bagi dirinya sendiri tapi sulit menyampaikannya kepada orang lain. Maka di sini perlu diadakan pelatihan bagi guru tentang bagaimana metode melatihkannya kepada siswa. Bagaimana langkah-langkahnya dan berbagai hal yang terkait dengan bagaimana mempersiapkan peserta didik menghadapi UN.
SKL adalah salah satu kunci yang harus dipersiapkan bagi siswa untuk meyelesaikan kegiatan belajarnya pada setiap jenjang. SKL ini telah ditetapkan melalui undang-undang pada setiap jenjang pendidikan. Misalnya SKL pada jenjang sekolah dasar (SD) akan berbeda terhadap SKL pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), begitu juga SKL SMP berbeda terhadap SKL jejjang sekolah lanjutan atas (SMA). SKL inilah yang menjadi kunci kelulusan siswa pada setiap jenjang. Namun permasalahannya banyak diantara guru pada jenjang yang bersangkutan bahkan kurang menguasainya sehingga bagaimana bisa siswa dapat lulus dengan hasil baik?
Karena banyaknya materi dalam SKL, maka agar siswa lebih mudah dalam mempersiapkan materi apa saja yang dipilih dalam UN, maka pemerintah juga pemerintah juga telah menetapkan Kisi-kisi UN setiap tahunnya yang di sosialisasikan ke seluruh sekolah. Bahan ini merupakan kunci bagi guru untuk mempersiapkan sebaik-baiknya kepada siswa.
B. Perumusan Masalah
Perlu adanya suatu pembahasan mengenai metode yang baik dalam memfasilitasi kegiatan workshop guru dalam menguasai teknik dan keterampilan untuk mempersiapkan siswa/i yang akan menghadapi UN.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah membahas metode penugasan kelompok dalam kegiatan workshop bedah SKL guru dalam rangka mempersiapkan siswa/i untuk menghadapi UN.
D. Batasan Masalah
Pembahasan dalam karya tulis ini dibatasi dalam metode fasilitasi pada workshop bedah SKL matapelajaran IPA pada jenjang SMP.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Ujian Nasional (UN)
Penyelenggaraan UN yang telah menimbulkan polemik yang hangat di masyarakat dalam bentuk pro dan kontra, nampaknya belum ada penyelesaian secara tuntas, akuntabel dan transparan. Ujian nasional sebagai upaya untuk melaksanakan standardisasi nasional dianggap bertentangan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Padahal, performance lembaga pendidikan harus memiliki indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya melalui suatu bentuk evaluasi yang terstandar guna mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan manusia Indonesia.
Lahirnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 sebagai penjabaran dari UU No. 20 tahun 2003 telah mengupayakan adanya standar nasional pendidikan (SNP). Standar nasional pendidikan ini memiliki fungsi pengukuran terhadap kualitas pendidikan. Akakn tetapi, ukuran yang dimaksud adalah ukuran dinamis yang semakin lama semakin ditingkatkan melalui pemetaan masalah pendidikan dan penyusunan strategi sesudah diperoleh data dari evaluasi belajar yang telah dilakukan.
Bentuk evaluasi di tingkat SD/MI dan sederajat cukup dilakukan oleh masing-masing guru di sekolah (Otonomi Sekolah) di bawah koordinasi kepala sekolah dan Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten di masing-masing daerah (Otonomi Daerah). Pada era globalisasi, semua negara berkompetisi untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, karena pendidikan diyakini akan menjadi penentu maju-mundurnya peradaban suatu bangsa. Melalui pendidikan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Melalui lembaga pendidikan yang berkualitas akan dihasilkan sumber daya manusia yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Quisumbing (dalam Mardapi, 2004) kualitas pendidikan adalah proses yang dinamik, tidak statis, dan bukan berupa produk akhir. Oleh karena itu, peningkatan kualitas harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Evaluasi yang dilakukan di tingkat SMP/MTs dan sederajat untuk dapat melanjutkan ke sekolah menengah (SMA/MA/SMK/SMAK) perlu dilakukan dengan memperhatikan standar isi, proses, dan standar kelulusan. Demikian juga untuk sekolah menengah (SMA/MA/SMK/SMAK) hingga peserta didik dapat dinyatakan lulus dan dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Hal ini sangat mendasar yang nampaknya perlu diingat oleh penyelenggara pendidikan yang ada di Indonesia baik di level sekolah maupun birokrasi adalah kelulusan peserta didik harus dipandang sebagai suatu proses yang terintegrasi antar berbagai aspek dan secara terus-menerus perlu diperbaiki keefektifannya. Kualitas pendidikan secara bertahap harus diarahkan ke persaingan global sehingga memiliki daya saing yang tinggi, melalui tahapan standar yang bersifat nasional. Dengan kata lain, inivestasi pendidikan perlu ditingkatkan dan disusun rencana pengembangan SDM yang terarah. Ujian atau tes sebenarnya hanyalah sebuah alat (bukan tujuan) yang digunakan untuk memperoleh informasi pencapaian terhadap proses pendidikan yang sudah dilakukan dan/atau yang akan diselenggarakan. Ujian atau tes tidak berfungsi untuk memecut, apalagi memiliki kemampuan mendorong mutu.
B. METODE PENUGASAN KELOMPOK
1. Pengertian
Metode tugas kelompok dapat diartikan sebagai metode kerja kelompok. Metode tugas kelompok diberikan guru kepada siswa atas dasar perencanaan bersama. Dalam pengertian sempit bahwa “metode tugas kelompok adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu guru memberikan tugas kepada siswa secara kelompok. Jadi siswa disusun secara berkelompok dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan belajar secara berkelompok” (Karo-karo, 1975: 35).
Penerapan metode kerja kelompok menuntut guru untuk dapat mengelompokan peserta didik secara arif dan proporsional. Pengelompokkan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada: (a) fasilitas yang tersedia; (b) perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan belajar; (c) jenis pekerjaan yang diberikan; (d) wilayah tempat tinggal peserta didik; (e) jenis kelamin; (f) memperbesar partisipasi peserta didik dalam kelompok; dan (g) berdasarkan pada loter/random.
Selanutnya, pembagian kelompok sebaiknya heterogen, baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dari kelompok tidak berkesan berat sebelah yaitu ada kelompok yang kuat dan ada kelompok yang lemah. Penggunaan metode kerja kelompok menurut Moedjiono (1992:62) bertujuan untuk:
- Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama di antara para pesera didik
- Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektuan para peserta didik dalam proses belajar mengaar yang diselenggarakan
- Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar mengajar secara berimbang
2. Kelebihan dan Kekurangan
Metode kerja kelompok (gotong royong) ini sesungguhnya amat erat hubungannya dengan metode diskusi. Sebab digunakannya metode ini di dasarkan atas praduga, bahwa suatu problema akan lebih baik dipecahkan dalam suatu kelompok, dari pada hanya dipikirkan oleh seorang saja. juga, luas dan dalamnya peninjauan terhadap suatu problema akan lebih luas dan mendalam, sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena benar-benar telah dibahas dengan teliti dan ditinjau dari berbagai segi-segi, sesuai dengan pandangan dan pengalaman dari masing-masing kelompok.
Metode kerja kelompok (gotong-royong), tepat digunakan untuk pendidikan matematika, karena memiliki keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut :
- Murid-murid lebih mudah diawasi dan dibimbing, karena di kumpulkan dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dari pada kelas.
- Membina semangat bekerja sama yang sehat.
- Ditinjau dari segi psikologis, bahwa kerja kelompok dapat membangkitkan semangat bersaing yang sehat diantara kelompok-kelompok.
- Pokok-pokok pikiran yang telah diperbincangkan dan dibahas dalam kelompok kecil, akan merupakan pendapat yang lebih matang dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan buah pikiran sendiri.
- Mempercepat penyelesaian pemecahan suatu problema, karena dipikirkan oleh beberapa orang secara bersama-sama.
Penggunaan metode tugas kelompok agar dapat mencapai sasarannya perlu mempertimbangkan kekuatan dan keterbatasannya. Adapun kekuatan dari metode kerja kelompok ini adalah :
- Membuat peserta didik aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya
- Menggalang kerjasama dan kekompakan dalam kelompok
- Mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran keterampilan berdiskusi dan proses kelompok
Keterbatasan penggunaan metode kerja kelompok ini, adalah :
- Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan kepada peserta yang aktif dan mampu untuk berperan sedangkan peserta didik yang terbelakang tidak terbuat apa-apa
- Memerlukan fasilitas yang beragam baik untuk fasilitas fisik dan ruangan maupun sumber-sumber belajar yang harus disediakan.
Adapun langkah-langkah pengajaran metode tugas kelompok antara lain sebagai berikut :
- Guru mengelompokkan siswa. Jumlah kelompok dan jumlah anggota kelompok harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai.
- Guru memberikan tugas kepada siswa dalam kelompok untuk dipelajari/dikerjakan.
- Siswa (dalam kelompoknya) mempelajari/mengerjakan tugas. Pada waktu siswa sibuk, guru mendatangi kelompok-kelompok baik untuk merangsang maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjaga agar pelajar tetap tertib.
- Guru bersama siswa menilai. Penilaian tidak hanya terhadap hasil yang diperoleh tetapi juga terhadap cara bekerjasama (proses).
C. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)
SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan pada setiap jenjang pendidikan. SKL ini mencakup sikap pengetahuan dan keterampilan. SKL ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan undang-undang. SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. SKL yang ada pada Permendiknas Nomor 23/2006 adalah: (1) SKL minimal satuan dikdasmen, (2) SKL minimal kelompok mata pelajaran dan (3) SKL minimal mata pelajaran.
Adapun berdasarkan PP No.19/2005 peran dan fungsi SKL adalah :
- Sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
- Meliputi kompetensi seluruh mata pelajaran
- Dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Masalah yang perlu untuk dipahami oleh guru adalah bahwa dalam implementasinya di sekolah, SKL berkaitan erat dengan materi pembelajaran dan sistem pelaksanaan ujian pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran di sekolah mengikuti kaidah SKL menggambarkan kompetensi yang akan dicapai dalam setiap jenjang. Dengan demikian maka proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM) di sekolah setiap harinya harus mengacu kepada kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam SKL. Sehingga dengan diselesaikannya materi, maka target kompetensi siswa dapat diwujudkan sesuai dengan SKL yang telah ditetapkan.
Gambar 2.1. Hubungan antara SKL, Materi dan Penilaian
Guru harus memahami apa kompetensi yang diharapkan setiap materi ajar. Hal ini penting untuk manajemen kelas dan manajemen waktu dalam pembelajaran. Mana-mana yang menjadi prioritas untuk dikuasai peserta didik harus benar-benar dikuasai oleh guru. Tiga kriteria Kompetensi/Materi Penting yang harus dipahami oleh guru :
- Urgensi: KD/indikator/materi yang secara teoritis, mutlak harus dikuasai oleh peserta didik.
- Kontinuitas: KD/indikator/materi lanjutan yang merupakan pendalaman materi sebelumnya.
- Relevansi: yang diperlukan untuk mempelajari dalam bidang studi lain.
- Keterpakaian: memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan lain yang penting untuk dimiliki oleh guru adalah keterampilan pembuatan soal. Dalam pembuatan soal yang menjadi kunci penting yaitu indikator soal. Yang perlu diperhatikan dalam indikator soal, yaitu :
- indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi
- Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
- Indikator mengacu pada materi pembelajaran sesuai kompetensi
Adapun perumusan indikator soal ada 2 macam, diantaranya :
- Bila Soal Terdapat Stimulus
Rumusan indikatornya :
- Bila Soal Tidak Terdapat Stimulus
Rumusan indikatornya:
Setelah menuliskan indikatornya, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan soal. Dalam kesempatan ini bentuk soal yang dipilih adalah Soal Pilihan Ganda (PG), sesuai dengan bentik soal UN. Berikut ini kaidah penulisan Soal Pilihan Ganda (PG) :
- Soal harus sesuai dengan indikator
- Pengecoh harus berfungsi
- Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
- Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
- Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
- Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
- Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
- Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
- Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah/benar”.
- Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.
- Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelasdan berfungsi.
- Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermaknatidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
- Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
- Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengankaidah bahasa.
- Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti maha peserta didik.
- Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
- Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.
III. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan workshop bedah SKL menggunakan Metode Penugasan Kelompok. Metode ini dirancang sesuai dengan keadaan peserta, materi dan target yang diharapkan dalam kegiatan workshop ini. Adapun targetnya antara lain dihasilkannya soal prediksi UN dengan jumlah 20 paket. Metode ini mengoptimalkan potensi variasi peserta workshop yang cukup variatif, terdiri dari peserta yang telah senior dan peserta yang masih yunior. Fasilitator memberdayakan seluruh potensi yang agar dapat berperan secara optimal. Peta kegiatan workshop bedah SKL dirancang dalam sebuah diagram seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Pelaksanaan Kegiatan Workshop Bedah SKL
Kegiatan diawali dengan pemnyampaian materi yang meliputi : (1). Kisi-kisi UN (2). Materi Esensial dan (3). Pembahasan Pedoman Penulisan Soal. Selanjutnya agar pelaksanaan workshop dapat berjalan dengan efesien, maka dalam kegiatan workshop ini dipilih metode penugasan kelompok dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
1. Pengelompokkan Peserta
Peserta dikelompokkan menjadi kelompok kecil dengan jumlah 5 s.d 7 orang. Pembagian kelompok dipilih dengan kemampuan yang bervariasi antara yang senior dengan yang yunior. Agar dapat saling sharing pengetahuan dan pengalaman antara yang berpengalaman dengan yang masih awam.
2. Pemberian Tugas Pembuatan Soal
Fasilitator menjelaskan tugas peserta workshop baik yang menjadi tanggungjawab individu maupun yang menjadi tanggungjawab kelompok. Penjelasan dan pengarahan dengan tuntas diharapkan peserta dapat memahami penekanan setiap tugas yang akan dikerjakan.
3. Pendampingan oleh Fasilitator
Fasilitator mendampingi masing-masing kelompok dalam mengerjakan tugas. Memantau sejauh mana kinerja masing-masing kelompok. Mengaktifkan kelompok-kelompok yang kurang aktif dan memotifasi kelompok yang kurang semangat dalam rangka memanajemen kelas.
4. Verifikasi dan Pengumpulan Soal
Tahap berikutnya adalah verifikasi hasil kerja masing-masing individu. Verifikasi dilakukan di masing-masing oleh perwakilan kelompok sambil menggabungkan ke dalam flashdisk. Masing-masing kelompok kemudian mengumpulkan ke ketua kelas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Workshop Bedah SKL
Peserta workshop bedah SKL ini diselenggarakan di Hotel Gelora Bakti, Pasir Pangaraian yang diikuti oleh guru-guru IPA SMP/MTs se-Kabupaten Rokan Hulu. Jumlah peserta sekitar 135 orang yang memiliki latar belakang Fisika, Biologi dan Kimia. Kegiatan ini ditargetkan menghasilkan soal prediksi UN yang berjumlah 20 paket yang berjalan selama 3 hari. Fasilitator membagi peserta menjadi 20 kelompok. Setiap kelompok memilih satu orang ketua kelompok dan seorang editor. Ketua kelompok bertugas mengkoordinasi kerja kelompok sedangkan editor bertugas melakukang editing soal dan mengumpulkan dan merapikan menjadi sebuah paket soal.
Secara umum kegiatan workshop dengan baik, sesuai dengan yang telah direncanakan. Peserta cukup antusis mengikuti kegiatan. Tanpa terasa kegiatan berjalan dan sampai ke penghujung kegiatan. Beberapa beserta merasa kekurangan waktu dan masih ingin materi tambahan.
Fasilitator mengunjungi tiap-tiap kelompok dan melakukan pengecekan terhadap kinerja masing-masing kelompok. Ketika ada ada kelompok-kelompok yang kinerjanya kurang, maka fasilitator memberikan motivasinya. Jika perlu ada dilakukan perpindahan lokasi kelompok. Kadang ada kelompok yang kurang aktif dan belum terbangun komunikasi dan suasana yang kondusif. Pembentukan kelompok dalam pengerjaan tugas cukup efektif.
B. Pembahasan
1. Pembahasan Kisi-kisi UN
Kisi-kisi UN tahun 2014/2015 masih tak jauh berbeda dengan tahun 2013/2014. Adapun contoh kisi-kisi UN ditampilkan pada Tabel 4.1. Setelah memberikan penjelasan awal, kemudian fasilitator memmpersilahkan peserta untuk memilih materi-materi sulit yang paling sulit. Materi ini direkap dan kemudian diputuskan bersama materi yang akan dibahas dalam workshop.
2. Pemahaman Materi-materi esensial
Materi esensial adalah materi yang berkaitan dengan indikator dalam kisi-kisi. Materi ini dipilih dari buku teks atau buku lain yang membahas tuntas hal-hal yang berkaitan dengan indikator SKL. Guru juga perlu menyiapkan metode yang lebih baik supaya dapat dipahami oleh semua siswa. Guru perlu mengkonfirmasi jika ada siswa yang masih kesulitan bisa dalam bentuk letihan soal atau tanya jawab langsung secara lisan. Dalam kegiatan workshop ini selain membahas materi-materi esensial, juga dilakukan sharing mengenai metode penyampaian kepada siswa. Contoh maping materi esensial ditampilkan pada Tabel 4.2.
3. Pembuatan Soal
Tugas pembuatan soal semakin menambah pemahaman peserta workshop bagaimana penekanan pembelajaran materi esensial kepada siswanya. Penugasan pembuatan soal menjadi pendalaman materi bagi guru. Guru memahami dengan baik asal-usul terjadinya soal dari kisi-kisi, materi dan indikator yang ditetapkan oleh pemerintah. Tugas pembuatan soal menambah pemantapan guru memahami materi esensial. Pembuatan soal juga menambah pengalaman guru akan bagaimana mengimplementasikan indikator ke dalam soal latihan siswa. Bentuk format penulisan soal ditunjukkan pada Tabel 4.3.
4. Adanya Sharing Pengalaman
Peserta workshop bervariasi antara yang baru dan yang telah berpengalaman. Penggunaan metode penugasan kelompok cukup efektif untuk menciptakan komunikasi dalam kerjasama antar anggota kelompok dalam berbagi ilmu dan pengalaman peserta workshop dalam kegiatan penyusunan soal-soal. Peserta senior yang lebih banyak pengalamannya dapat berbagi kepada peserta yunior yang masih awam. Kerjasama dalam kelompok tersebut dipantau kinerjanya oleh fasilitator. Fasilitator senantiasa mendorong dan menjaga kinerja kelompok-kelompok tersebut.
Pembentukan kelompok-kelompok peserta workshop mendorong peserta workshop untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas workshop. Dalam pembagian kelompok fasilitator perlu memperhatikan lebih jeli keadaan peserta workshop. Bagaimana cara mengelompokkan pasangan dalam kelompok secara merata dengan variasi pengetahuan dan pengalaman peserta workshop. Peserta baru lebih kritis dan banyak bertanya dapat menggali masalah-masalah baru yang ada di lapangan. Sedangkan peserta senior lebih banyak pengalaman sehingga kaya akan solusi-solusi penyelesaian berbagai masalah. Dalam hal ini fasilitator berperan mendorong terjadinya komunikasi yang efektif dalam kelompok tersebut.
5. Penggunaan Literatur Tambahan
Saat ini di lapangan terbit berbagai buku tentang teknik dan strategi menghadapi UN. Buku ini sangat bermanfaat bagi guru dalam mempersiapkan peserta didiknya untuk menghadapi UN. Peserta dapat menggunakan buku-buku tersebut untuk lebih memperkaya khasanah dan variasi materi workshop.
Dalam kegiatan workshop ini sebahagian peserta juga membawa buku-buku tentang trik tips menghadapi UN. Keberadaan berbagai literatur tentang strategi menghadapi UN sangat membantu bagi guru pemula. Terkadang penjelasan dalam buku kurang terperinci, maka dalam kegiatan workshop ini guru dapat meminta penjelasan tentang hal-hal yang tidak dimengerti tentang bagaimana mengimplementasikannya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan persiapan pelaksanaan UN perlu dipersiapkan sdengan sebaik mungkin khususnya oleh guru matapelajaran. Workshop bedah SKL merupakan merupakan sarana yang efektif untuk sharing informasi tips mempersiapkan siswa menghadapi UN. Dalam kondisi peserta Workshop Bedah SKL yang bervariasi antara yang yunior dan senior, agar pelaksanaan bisa berjalan secara efektif maka perlu diwadahi dengan metode yang tepat. Dalam kesempatan ini pemililhan Metode Penugasan Kelompok ternyata dapat berjalan dengan efektif dalam kegiatan yang berlangsung selama tiga hari.
Workshop Bedah SKL Matapelajaran IPA Tingkat SMP diisi dengan kegiatan pembahasan kisi-kisi UN, pembahasan materi-materi esensial dan dilanjutkan dengan pembuatan soal prediksi UN. Dalam Workshop bedah SKL ini diikuti oleh sekitar 135 orang yang dibagi ke dalam 20 kelompok dan dihasilkan 20 paket soal prediksi UN. Workshop bedah SKL sangat bermanfaat dalam memberi bekal kepada guru-guru IPA SMP dalam mepersiapkan peserta didiknya untuk menghadapi UN. Selain masalah materi yang tak kalah pentingnya dalam mempersiapkan peserta didik dalam dihadapi UN adalah penggunaan pendekatan yang tepat dalam penjelasan materi esensial kepada peserta didik.
Disarankan pada kegiatan Workshop Bedah SKL berikutnya agar diberikan tambahan alokasi waktu sehingga kegiatan materi mengenai metode penyampaian materi sulit kepada peserta didik dapat dibahas lebih mendalam.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Aditomo, A., Ujian Nasional dan Hakikat Pendidikan, http://www.jakartabeat.net/kolom/ konten/ujian-nasional-dan-hakikat-pendidikan, 2014.
Anonymous, Tips Membuat Soal Yang Baik, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ pengabdian/ mimin-nur-aisyah-msc-ak/ppm-iteman-analysiscara-membuat-soal-yang-baik.pdf, 2014.
Anonymous, Metode Kerja Kelompok, http://rennynataliaa.blogspot.com/2013/01/metode-mengajar-kerja-kelompok.html, 2014.
Anonymous, Matode Tugas Kelompok, http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/metode-tugas-kelompok.html, 2014.
Anonymous, Pengaruh Kualitas Pembeljaran Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ilmu Statika Dan Tegangan Jurusan Teknik Gambar Bangunan Smk Negeri 2 Depok, http://eprints.uny.ac.id/10238/1/JURNAL.pdf, 2014.
Iskandar, Kesiapan Daerah Dalam Melaksanakan Ujian Nasional, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=6765&val=444, 2014.
Ningrum, I.D.K., Pengaruh Pembelajaran Tugas Kelompok Berdasarkan Survei Lapangan (Outdoor Study) Terhadap Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Dan Hasil Belajar Geografi Materi Permasalahan Kependudukan Dan Penanggulangannya, http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelEB9A68159E9F4AB01663CB091FB3CAA6.pdf, 2014.
Suryadi, Teknik Menyusun Alat Evaluasi Dan Analisis Hasil Belajar, http://www.manualsilo.net/view/31NF/mengenal-proses-pembuatan-soal-soal-un.pdf
Yudianto, E., Penerapan Metode Drill Kepada Siswa Kelas XII Guna Persiapan Ujian Nasional, https://watados.files.wordpress.com/2013/04/penerapan-metode-drill-kepada-siswa-kelas-xii.pdf, 2014.