Wednesday, November 6, 2024

Strategi Fasilitasi Pada Sosialisasi Penilaian Kurikulum 2013

STRATEGI FASILITASI
PADA SOSIALISASI PENILAIAN KURIKULUM 2013

Oleh: Warsito, S.Si, MT

ABSTRAK

Penilaian Kurikulum 2013 menjadi salah satu materi yang sulit dipahami oleh guru dalam implementasinya, selain karena rumitnya ditambah informasi yang sering simpang siur. Agar dapat menyampaikan materi ini dengan optimal, fasilitator perlu menerapkan strategi fasilitasi yang tepat.

Strategi fasilitasi diklat sebagai cara fasilitator mempermudah pemahaman peserta terhadap diklat memegang peranan penting dalam setiap diklat, agar dapat mensosialisasikan materi pelatihan dengan efisien dan efektif. Karya tulis ini memaparkan strategi fasilitasi deduktif dalam sosialisasi sistem penilaian Kurikulum 2013. Dalam strategi ini peserta pelatihan diberi penjelasan awal tentang teknik penilaian kurikulum 2013, dibagikan instrument-instrumen yang telah dirancang untuk menggiring pemahaman peserta, selanjutnya peserta melakukan praktek pengisian, pengolahan dan analisis data penilaian kurikulum 2013. Kemudian peserta membuat deskripsi penilaian sesuai dengan format penilaian dalam rapor. Selanjutnya peserta melakukan presentasi dan diskusi hasil kerja. Fasilitator memberi penjelasan dan penguatan hal-hal yang belum sesuai ketentuan penilaian yang berlaku.

Setelah melalui perencanaan, praktek dan analisis hasil kegiatan, dapat didimpulkan bahwa strategi fasilitasi deduktif dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta sosialisasi penilaian Kurikulum 2013.

A.    Pendahuluan

1.      Latar Belakang

Sebaik apapun program tidak dapat diketahui kalau tidak dilakukan pengukuran tingkat keberhasilannya. Kurikulum 2013 yang telah dipersiapkan dengan matang oleh para ahli dengan kajian dan pembahasan dalam waktu yang lama. Bagaimana kita bisa menjamin keberhasilan pelaksanaannya?. Salah satu caranya yaitu dengan penilaian.

Peserta Pelatihan K13

Gambar 1 Peserta Pelatihan Kurikulum 2013  di Hotel Furaya Pekanbaru.

Kurikulum 2013 yang muncul sebagai respon terhadap keprihatinan kondisi bangsa menerapkan yang meliputi tiga aspek: sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Program ini dibuat untuk mengatasi model pendekatan pembelajaran di sekolah pada kurikulum KTSP masih cenderung sebatas pengetahuan (kognitif).  Sementara materi pembentukan sikap dan keterampilan pada dasarnya materi yang aplikatif yang tidak cukup hanya diajarkan melalui teori. Dalam kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dilakukan perbaikan, mengadopsi berbagai variable-variabel pendidikan yang mempengaruhi dalam keberhasilan pembelajaran.

Penilaian merupakan bagian penting dalam system pendidikan, yang tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pelaksanaan program pembelajaran. Pada dasarnya kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006 juga telah menyentuh pada aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomoorik), namun secara pelaksanaan belum sampai kepada penilaian. Sehingga tingkat ketercapaiannya tidak dapat diukur. Dalam kurikulum 2013 aspek sikap (spiritual dan social), pengetahuan dan keterampilan sudah diberikan porsi yang seimbang sampai kepada aspek penilaian, dengan demikian dapat dilihat sejauh mana tingkat keberhasilannya dan dapat dilakukan tindak lanjut sedini mungkin.

Penilaian ketrampilan merupakan salat satu titik berat dalam penilaian krikulum 2013, karena wujud usaha perbaikanb bangsa. Namun karena penilaian ini termasuk jarang dilakukan oleh guru-guru kita, maka banyak guru yang merasa terkendala dalam implementasinya. Guru-guru masih banyak yang mengambang pemahamannya tentang penilaian keterampilan ini. Selain itu tak kalah hebohnya penilaian sikap, yang merupakan penilaian kualitatif, yang kadang cenderung kepada subyektif kalau tidak dilakukan dengan benar maka akan terjadi ketidakakuratan hasilnya. Oleh sebab itu maka kurikulum 2013 menggunakan prinsip autentik dalam pembelajaran.

2.      Perumusan Masalah

Bagaimana metode fasilitasi agar pelaksanaan pelatihan peserta diklat dapat mudah memahami dan memiliki keterampilan dalam penilaian, pengolahan nilai dan pengisian rapor dalam Kurikulum 2013.

3.      Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuktikan cara terbaik dalam menggunakan metode fasilitasi workshop penilaian Kurikulum 2013 tingkat Sekolah Dasar.

4.      Batasan Masalah

Agar lebih focus dalam pembahasan ini maka dilakukan pembatasan masalah yaitu mengenai fasilitasi pada workshop penilaian dan pengisian rapor.

B.     Kajian Pustaka

1.      Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai rencana yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh fasilitator dan peserta pelatihan agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Strategi pembelajaran juga merupakan “taktik” yang digunakan oleh fasilitator dalam melaksanakan proses pelatihan agar dapat mempengaruhi peserta pelatihan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Dalam kegiatan pembelajaran terdapat empat unsur strategi diantaranya adalah:

  1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
  2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan dua kelompok besar, yaitu exposition discovery learning dan group individual learning. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif (Mushlihin, 2013).

2.      Fasilitasi

Fasilitasi adalah kegiatan pemberian bantuan peserta pelatihan agar lebih mudah dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Memfasilitasi pelatihan adalah sebuah tindakan seni yang tidak sekedar menuntut kemampuan akademik, namun juga sikap totalitas dan perasaan. Meskipun demikian, antara kemampuan akademik dan perasaan seorang fasilitator tidak dapat dimungkiri memiliki keterkaitan erat. Kemampuan akademik tentang ketrampilan memfasilitasi seseorang diyakini mampu memengaruhi perkembangan kematangan jiwa yang bersangkutan dalam memfasilitasi.

Orang dewasa dengan segala pengalaman yang dimiliki, telah membentuk karakter pribadi yang unik dan merupakan potensi diri untuk perkembangan diri ke tahap kematangan selanjutnya. Potensi diri tersebut akan dapat berkembang melalui situasi proses belajar yang memungkin dirinya mengeluarkan segala pengalaman dan pikiran-pikiran kritis yang dimiliki.

Seorang fasilitator yang baik harus mampu :

  1. Menjaga kelompok tetap fokus pada tujuan & proses
  2. Tetap obyektif
  3. Membantu kelompok menentukan arah yang akan ditempuh dan mencapai tujuan mereka
  4. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara
  5. Dapat menyesuaikan dengan gaya belajar yang berbeda-beda
  6. Sensitif terhadap gender dan budaya
  7. Mendorong semua orang berpartisipasi; setiap orang berpartisipasi dengan cara yang berlainan. Ada yang hanya berbicara     dalam kelompok kecil, tetapi tetap berpartisipasi. Yang lain mungkin banyak bicara tetapi sedikit kontribusi.
  8. Membantu kelompok mentaati waktu
  9. Memberi semangat atau membuat kelompok rileks sesuai kebutuhan
  10. Sewaktu-waktu menyimpulkan yang terjadi dalam pertemuan, & membantu kelompok mengaitkan satu sesi dengan sesi             lainnya. (Munggoro, D.W. dan B. Kismadi).

3.      Pentingnya Strategi dalam Fasilitasi

Konsep fasilitasi dan fasilitator sudah ada sejak lama. Pelatihan pada umumnya tidak sama dengan sekolah formal, dimana banyak keterbatasan, seperti waktu, biaya, tempat, keadaan peserta (usia, latar belakang keilmuwan, bidang keahlian, dsb). Dalam mencapai kompetensi yang diharapkan tidak seperti idealnya sekolah-sekolah formal. Dari keadaan tersebut, maka perlu adanya strategi tersendiri yang harus digunakan agar tujuan dapat tercapai sesuai harapan.  Ada dua pelajaran penting yang harus disadari untuk mencapai pengelolaan proses partisipatif yang efektif. Salah satu kunci utama kesuksesan pengelolaan proses partisipasi yang efektif adalah niat baik dan kapasitas semua pihak yang berkepantingan dengan isu yang dibahas. Jika para pihak tidak berpartisipasi dalam mencari solusi bagi masalah-masalah mereka sendiri atau tidak menjadi bagaian dalam proses pengambilan keputusan, maka dalam situasai terbaik sekalipun implementasi akan dilakukan dengan setengah hati, mungkin tidak dipahami, bahkan kemungkinan besar akan gagal sama sekali.

Kegiatan pelatihan harus dibuat sedemikian rupa, diantaranya menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan aman, maka para peserta dapat :

  • menemukenali dan menyelesaikan masalah
  • mengatasi konflik-konflik mereka sendiri
  • membuat keputusan-keputusan kolektif
  • membuat perencanaan bersama
  • segera mengatasi persoalan, dan
  • mengelola dirinya sendiri.

Prisipnya begini, sebuah gagasan yang dingkapkan secara sederhana dan menarik akan ditanggapi secara lebih serius oleh lebih banyak orang. Sedangkan sebuah gagasan yang dinyatakan dengan tidak jelas atau menyinggung perasaan beberapa pihak akan sulit ditangkap atau diterima orang lain.

Dalam kebanyakan kelompok, orang biasanya ingin sekali menyampiakan pendapat, menceritakan gagasan, mendengarkan pengalaman orang lain dan mencari gagasan-gagasan baru yang menarik. Tetapi perbedaan kelas dan status sosial di dalam masyarakat akan menyebabkan proses tersebut tidak berjalan mulus. Misalnya, masyarakat desa lebih memperhatikan apa yang dikatakan kepala desa dari pada seorang perempuan muda dari kota. Di sinilah pentingnya teknik-teknik fasilitasi yang baik, seorang fasilitator dapat menjadi pendukung yang kuat bagi kelompok-kelompok ini.

4.      Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Secara umum, strategi pembalajaran dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, diantaranya sebagai berikut :

1. Strategi Pembelajaran Langsung

Merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada fasilitator (teacher centered approach).

2. Strategi Pembelajaran dengan Diskusi

Proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok.

3. Strategi Pembelajaran Kerja Kelompok Kecil

Mengorganisasikan peserta pelatihan dalam kelompok kecil merupakan strategi yang banyak dianjurkan oleh para fasilitator. Strategi ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Merupakan strategi pembelajaran yag berpusat kepada peserta pelatihan.

4. Strategi Pembelajaran Cooperative Learning

Strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang bisa terdiri 3 sampai 5 orang pesert untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas.

5. Strategi Pembelajaran Problem Solving

Teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran strategi pemecahan masalah.

5.      Penilaian Kurikulum 2013

Di dalam kurikulum 2013 penilaian merupakan bagian penting yang sangat ditekankan pelaksanaannya. Penilaian kurikulum 2013 menggunakan penilaian otentik yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan KTSP. Dimana berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan dalam pembelajaran di kelas. Penilaian kurikulum 2013 tidak hanya panilian aspek pengetahuan saja, tapi juga menilai aspek sikap dan keterampilan, yang pada kurikulum KTSP tidak dilakukan. Penilaian ini mengukur aspek-aspek yang dijelaskan dalam indikator, untuk dilihat tingkat keberhasilannya setelah pembelajaran. Penilaian kurikulum 2013 menggunakan prisnsip-prinsip sebagai berikut : Objektif, Terpadu, Ekonomis, Transparan, Akuntabel dan Edukatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari  asli, nyata, valid, atau reliabel.  Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan  dibandingkan dengan  tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Tabel 1. Penilaian Kurikulum 2013

Tabel Penilaian K13

Aspek-aspek Penilaian dalam kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :

1. Penilaian Aspek Sikap

a. Observasi

Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran.

b. Penilaian Diri

Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri sebelum ulangan oleh peserta didik secara reflektif. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.

c. Penilaian Antarteman atau penilaian teman sejawat

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik. Penilaian ini dilakukan secara berkala setelah proses pembelajaran.

d. Jurnal Catatan Guru atau jurnal pendidik

Jurnal Pendidik adalah instrumen penilaian yang digunakan untuk menghimpun catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.

2. Penilaian Aspek Pengetahuan

Aspek Pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut:

    • Tes tulis;

Tes tulis adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. 

    • Tes Lisan;

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan juga, sehingga menumbuhkan sikap berani berpendapat. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf.

    • Penugasan;

Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.

3. Penilaian Aspek Keterampilan

Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut:

    • Penilaian Kinerja;

Merupakan suatu penilaian yang meminta peserta didik untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari, dan sebagainya.

    • Penilaian Projek;

Merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan melakukan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada muatan tertentu secara jelas.

Pada penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1)      Kemampuan pengelolaan;

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan laporan.

2)      Relevansi;

Kesesuaian tugas projek dengan muatan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

3)      Keaslian;

Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap projek peserta didik.

    • Penilaian Portofolio;

Portofolio dalam proses penilaian pembelajaran sering dimaknai sebagai suatu koleksi hasil kinerja peserta didik berupa artefak yang mengungkapkan tahapan perkembangan. Artefak-artefak itu dihasilkan dari pengalaman belajar atau proses pebelajaran peserta didik dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian, portofolio dapat diartikan sebagai suatu koleksi pribadi hasil pekerjaan seorang peserta didik yang menggambarkan taraf pencapaian kompetensi, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik.

6.      Remedial Penilaian Sikap

Salah satu kompetensi baru pengelolaan khususnya teknis remedial adalah kompetensi sikap. Kompetensi ini perlu mendapat perhatian berbeda terhadap kompetensi pengetahuan maupun keterampilan. Kompetensi ini melekat pada prilaku peserta didik itu sendiri. Penilaiannya diambil setiap pelaksanaan pembelajaran oleh guru yang mengajar dengan teknik observasi.

Pelaksanaan remedial kompetensi sikap dilakukan secara pendekatan khusus dan dilakukan terus-menerus. Peserta didik yang nilai sikapnya kurang menjadi kewajiban gurunya melakukan pendekatan secara personal, apa penyebabnya, kemudian dipantau pada pertemuan selanjutnya, kalau masih diingatkan lagi dengan pendekatan interpersonal, dan seterusnya. Di sini terjadi proses remedian kompetensi sikap.  Berikut adalah langkah-langkah remedian nilai sikap :

  1. Mengikutkan pada Kegiatan Bimbingan-bimbingan Rohani
  2. Memantau Kemajuan Sikap Pada Pertemuan berikutnya
  3. Mengambil Nilai Modus Sebagai Nilai Akhir Semester
  4. Memasukkan Pada Nilai Rapor
  5. Guru Mapel Melaporkan Kepada Guru BK
  6. Guru BK Memberikan Konsultasi
  7. Menghadap kepada Kepala Sekolah.

C.    Rencana Kegiatan

Agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah maka dirancang dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Skenario WorkshopGambar 2 Skenario Workshop

Dalam pelatihan ini skenario kegiatannya adalah :

  1. Pendahuluan, fasilitator memaparkan pentingnya penilaian dalam suatu pembelajaran dan bagaimana seandainya suatu pembelajaran dilaksanakan tanpa ada penilaian.
  2. Pemberian materi pengantar, fasilitator memberikan paparan singkat mengenai penilaian kurikulum 2013, perbedaannya dengan kurikulum KTSP. Fasilitator menjelaskan prinsip dan pendekatan penilaian dalam kurikulum 2013. Fasilitator menjelaskan kompetensi yang diukur dalam penilaian kurikulum 2013 dan jenis-jenis penilaian yang digunakan. Selanjutnya ditampilkan instrument-instrumen penilaian dan cara pengisiannya.
  3. Pembagian kelompok (menjadi 7 orang), kelompokkan menjadi 2 dan masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi kelompok kecil dengan jumlah 3 sampai 4 orang. Mereka memberi nama dengan nama yang inovatif dan duduk dalam satu meja.
  4. Mengerjakan LK Penilaian dan Rapor, aktivitas selanjutnya yaitu masing-masing kelompok diberikan format LK penilaian dan Rapor. Dijelaskan secara singkat cara pengisiannya. Selanjutnya masing-masing kelompok mengisi format penilaian tersebut. Hasil pengisian dituliskan dalam slide presentasi dan dibuat daftar nama anggota kelompok.
  5. Presentasi hasil diskusi kelompok, masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Disertai dengan tanya jawab antara kelompok yang tampil dan kelompok-kelompok dalam kelas. Faslitator memberikan penjelasan bagian-bagian yang kurang dipahami oleh peresta.
  6. Penguatan, Kegiatan di akhiri dengan penguatan oleh fasilitator terhadap pelatihan secara umum.

D.    Hasil dan Analisa

Kegiatan ini diselenggarakan pada Workshop Penilaian Kurikulum 2013 di KKG Rayon I Dayun Tanggal 28 Oktober 2014 dan dapat mengikuti agenda yang telah direncanakan. Dari rencana yang telah dibuat, maka dilaksanakan implementasi kegiatan Workshop penilaian kurikulum 2013 bagi guru SD, dimana permasalahan penilaian menjadi perbincangan bagi guru, karena tidak lama lagi sekolah akan melaksanalan ujian akhir semester. Sosialisasi di awal memberikan pengetahuan dasar kepada peserta dalam memahami materi-materi penilaian. Banyak informasi yang beredar simpang siur telah membuat sebahagian guru merasa kebingungan mengenai teknis penilaian yang benar. Dengan pengetahuan awal ini telah membentuk pemahaman kepada guru sehingga memiliki kesamaan pandangan terhadap materi yang diberikan.

Materi di awal mampu mendorong guru untuk berfikir tentang apa yang harus dilakukan dalam implementasi kurikulum 2013. Guru mendapat bayangan apa-apa yang harus mereka persiapkan. Materi ini memberikan bekal awal bagi guru dalam memahami materi yang lebih teknis dalam pelaksanaan penilaian Kurikulum 2013. Sebagian guru merasa tergerak untuk melakukan praktek pengolahan nilai kurikulum 2013 yang menggunakan angka-angka berbentuk sampel.

Pada tahap selanjutnya instrumen pengolahan nilai kemudian dibagikan kepada peserta dan peserta sangat antusias untuk mengisi instrument tersebut. Peserta dapat menggunakan peralatan hitung yang dimiliki, seperti kalkulator, laptop maupun HP yang ada fitur kalkulatornya. Peserta merasa bersemangat dapat mencoba menghitung langsung, sehingga dapat menanyakan langsung kendala yang dihadapi.

Pemahaman  yang telah diperoleh semakin terasa berkesan setelah dilakukan pengisian instrument pengolahan nilai siswa yang meliputi Sikap Spiritual, sikap social, pengetahuan dan keterampilan.  Peserta pelatihan mulai dapat mengisi instumen pengolahan nilai siswa, namun ada beberapa peserta masih sedikit kebingungan dalam menghitung nilai rerata dari setiap nilai KD. Dalam tahap ini fasilitator dapat memberikan penjelasan mengenai bagian-bagian kesulitan yang dialami oleh peserta pelatihan. Peserta yang kesulitan dapat langsung berdiskusi dengan peserta lain yang lebih dulu memahami cara pengisian tersebut.

Kegiatan selanjutnya yaitu dengan pembuatan deskripsi dari nilai angka yang telah dihitungnya, menuliskan di dalam lembar kegiatan yang telah disediakan untuk tiap peserta pelatihan. Sebelumnya fasilitator memberikan pedoman dalam pembuatan deskripsi nilai. Pembuatan deskripsi ini peserta agak mengalami kesulitan, namun setelah diberikan penjelasan mereka mulai dapat memahaminya.

Sebagai konfirmasi jawaban masing-masing peserta pelatihan, maka kegiatan ini dilanjutkan dengan langkah selanjutnya yaitu presentasi hasil kerja. Beberapa peserta perwakilan mempresentasikan hasil yang telah dibuat dalam bentuk LK.

Sesi selanjutnya fasilitator menjelaskan format Rapor kurikulum 2013 dan teknis pengisiannya. Fasilitator menggunakan format lapor sesuai dengan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014. Agar peserta lebih jelas, fasilitator juga menayangkan contoh pengisian Rapor.

Kegiatan terakhir yaitu komentar, pengalaman dan diakhiri dengan penguatan oleh fasilitator.

E.     Kesimpulan

1.      Kesimpulan

Secara umum pelaksanaan berhasil dengan baik, dengan peningkatan pemahaman peserta diklat cukup signifikan akan materi penilaian kurikulum 2013. Banyak diantara peserta yang awalnya masih sama-samar pemahamannya dalam penilaian meskipun telah didiklat selama 5 hari. Peserta merasa kebingungan tentang penilaian sikap dan cara melakukan remedialnya. Peserta tidak yakin dapat menilai sikap masing-masing peserta dengan jumlah siswa yang begitu banyak. Dengan diskusi dan penjelasan dari fasilitator peserta mulai memahami teknis penilaian sikap tersebut.

Peserta diberikan penjelasan tentang dasar-dasar penilaian pada kurikulum 2013 hingga pengisian rapor. Pada awalnya peserta merasa kebingungan dalam mengisi rapor terutama dalam pembuatan deskripsi. Dengan penjelasan lisan peserta masih belum cukup. Setelah mengerjakan tugas LK, peserta baru mulai memahami dengan gamblang. Peserta merasa pemahamannya lebih utuh ketika dilakukan kegiatan pengisian lembar kegiatan (LK) pengolahan nilai.

Kegiatan pengolahan nilai menggunakan LK mampu memberikan kompetensi keterampilan kepada peserta pelatihan dalam mengolah nilai rapor. Nilai hasil olahan selanjutnya diisikan ke dalam format Rapor Kurikulum 2013. Praktek pemasukan hasil olahan nilai ke dalam format Rapor menambah keutuhan pemahan peserta terhadap kurikulum 2013. Tingkat kepuasan peserta cukup baik dan banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator. Dimana fasilitator memberiakan pertanyaan-pertanyaan secara tidak langsung melakukan evaluasi pemahaman peserta pelatihan. Ternyata sebahagian pesert diklat dapat menjawabnya dengan baik dan benar.

2.      Saran

Pelatihan kurikulum 2013 tentang penilaian cukup efektif menggunakan pola pendekatan praktek dengan LK. Sebaiknya setiap peserta diberikan kesempatan untuk mencoba mengisi LK dan mengeksplorasi dari sumber-sumber dari soft copy. Dengan demikian maka pelaksanaan pelatihan dapat lebih optimal.

F.     Daftar Pustaka

  1. Anonymous, 2014, Panduan Teknis Penilaian dan Pengisian Rapor di SD, Kemendikbud, Jakarta.
  2. Anonymous, 2013, Salinan Permendikbud No. 66 th 2013 ttg Standar Penilaian, Jakarta.
  3. Anonymous, 2014, Permendikbud No. 57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum SD, Jakarta.
  4. Mushlihin, 2013, Perbedaan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, https://www.mushlihin.com/2013/10/education/perbedaan-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran.php, 13 November 2014.
  5. Munggoro, D.W. dan B. Kismadi, Beberapa Teknik Fasilitasi, http://www.smeru.or.id/report/training/menjembatani_penelitian_dan_kebijakan/untuk_cso/file/108.pdf, 13 November 2014.
  6. Shadiq F., Deduksi Atau Penalaran Deduktif: Kelebihan Dan Kekurangannya, https://fadjarp3g.wordpress.com/2008/06/17/penalaran-deduktif-kelebihan-dan-kekurangannya/, 2014.