PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
PADA PONDOK PESANTREN
Oleh: Warsito, S.Si, MT (warsito_w@yahoo.com)
ABSTRAK
Salah satu model pendidikan yang sudah cukup lama diterapkan secara mandiri oleh masyarakat adalah pondok pesantren. Pada lembaga ini memiliki budaya pembinaan yang dikembangkan secara turun-menurun dari pengembangnya terdahulu. Lahirnya kurikulum 2013 di tengah-tengah kemajuan dunia pendidikan saat ini dapatkah memberikan konstribusi bagi dunia pesantren ?. Beberapa pesantren memiliki keunikan dalam pembelajaran yang tidak bias diseragamkan seperti pelajaran umum.
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan kurikulum 2013 di pondok pesantren terutama perangkat pembelajaran yang belum lengkap, karena keunikan yang dimiliki oleh setiap pondok. Kegiatan diklat kurikulum 2013 di pondok lebih ditekankan pada penyiapan perangkat pembelajaran dasar bagi pengembangan kurikulum 2013 antara lain : SKL, KI, KD dan Silabus. Bahan ini kemudian dikembangkan dalam perumusan langkah-langkah pembelajaran saintifik, pembuatan RPP dan penilaian.
Pelatihan dengan berorientasi produk telah dilakukan dan menghasilkan perangkat dasar untuk melakukan implementasi kurikulum 2013 pada matapelajaran pondok pesantren. Dari perangkat ini kemudian dikembangkan RPP dan penilaian dengan menerapkan kurikulum 2013 di pondok pesantren.
Kata Kunci : pelatihan, implementasi kurikulum 2013, pondok pesantren.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu sistem pembinaan manusia secara jasmani maupun rohani untuk menghasilkan insan beriman, bertaqwa, berilmu, berbudi pekerti dan terampil di bidangnya. Dalam sistem pendidikan telah ditetapkan kompetensi sesuai dengan jenjang dan disiplin ilmunya. Dalam konsep pendidikan akhir-akhir ini kompetensi itu dirancang sedemikian rupa di awal kegiatan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja dan tantangan zaman.
Pesantren sebagai institusi pendidikan tertua di Indonesia telah melahirkan ratusan bahkan ribuan sumber daya manusia (SDM) yang telah memajukan bangsa ini. Lembaga pendidikan ini telah dikembangkan ratusan tahun yang lalu, bahkan sebelum lahirnya negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Lembaga ini telah melahirkan banyak ilmuwan, pejuang kemerdekaan, ustadz, negarawan yang turut dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Mereka menjadi pemimpin mulai dari pemimpin akar rumput di masyarakat, ilmuwan, alim ulama, cerdik pandai sampai hingga menjadi pemimpin nasional.
Gambar 1 Pelatihan Kurikulum 2013 Ponpok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang lebih banyak dikembangkan secara mandiri memiliki keunikan tersendiri. Materi pondok pesantren bersifat unik, sesuai dengan pola yang telah dikembangkan secara mandiri oleh pada kiyai dan para pendahulunya. Pengembangan budaya pondok dan sistem pembelajaran yang dilakukan turun-temurun menggunakan metode yang mereka kembangkan sendiri. Materi panduan mereka dikembangkan dari kitab-kitab asli (kitab kuning) atau kitab yang dikarang oleh tokoh-tokoh Islam dunia dari bangsa-bangsa mesir, arab saudi, sudan, dan sebagainya. Sebahagian materi ditulis dalam bahasa arab sehingga tidak semua orang dapat memahaminya. Metode yang digunakan juga menggunakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh bangsa-bangsa di timur tengah.
Dengan lahirnya kurikulm 2013 yang dikembangkan oleh kemendikbud di dunia pendidikan, maka kementerian agama yang juga menaungi lembaga-lembaga pendidikan mau tidak mau harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Banyaknya perangkat yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan kurikulum ini, kementerian agama nampaknya banyak yang masih harus disiapkan. Diantaranya perangkat pengembangan kurikulum masih belum disiapkan, diantaranya : Standar Kelulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), silabus, buku guru, buku siswa, nampaknya masih menjadi PR kementerian agama dan jajarannya.
Kurikulum 2013 dengan segala keunikannya mungkinkan dapat diterapkan di dunia pesantren. Bagaimana persiapannya dan apa pula kendala yang dihadapinya, menjadi tantangan yang perlu jawaban.
B. Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk membahas bagaimana implementasi kurikulum 2013 di pondok pesantren yang memngkinkan untuk mengkombinasi pendekatan pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah dan pendekatan yang dilakukan dunia pesantren.
C. Batasan Masalah
Dalam karya ilmiah ini pembahasan dibatasi pada implementasi kurikulum 2013 pada pondok pesantren jenjang pendidikan SLTP dan SLTA.
II. KAJIAN LITERATUR
A. Kurikulum 2013
Pendidikan merupakan suatu sistem yang komplek, banyak unsur sumber daya terkait di dalamnya. Diantara sekian banyak unsur sumber daya tersebut, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
- Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
- Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
- Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.
- Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
- Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
- Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
- Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.
Selain prinsip tersebut, implementasi kurikulum 2013 juga harus memenuhi beberapa aspek dasar yang harus dipenuhi oleh pelaksananya. Beberapa aspek tersebut antara lain sebagai berikut :
- Aspek Guru; harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
- Aspek peserta didik; peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
- Aspek sarana dan sumber pembelajaran; pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan.
- Aspek kurikulum; harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
- Aspek penilaian; pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
- Suasana pembelajaran; pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
B. Pondok Pesantren
Kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal santri. Pendapat yang sama menurut Soegarda Poerbakawatja, menjelaskan pesanten asal katanya adalah santri, yaitu seorang yang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian, pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Sedangkan Istilah “pondok” berasal dari bahasa Arab funduk yang berarti hotel, atau tempat bermalam. Istilah pondok diartikan juga dengan asrama. Dengan demikian, pondok mengandung makna sebagai tempat tinggal. Sebuah pesantren mesti memilki asrama tempat tinggal kyai dan santri. Di tempat tersebut selalu terjadi komunikasi antara santri dan kyai.
Pesantren telah ada di Indonesia sejak tahun 1596 (Wikipedia.org), mungkin namanya belum pesantren hanya disebut kegiatan keagamaan. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel- salah seorang pengkaji keislaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar. Adapun nsur-unsur dalam sebuah pesantren adalah: pondok, kiai, masjid, kitab klasik, santri dan kiyai.
1. Pondok
Pondok pada dasarnya adalah asrama pendidikan Islam Tradisional tempat siswa (santri) tinggal dibawah bimbingan Kiai. Biasanya pondok lokasinya berdekatan dengan rumah Kiai supaya lebih memdudahkan komunikasi dengan santrinya dalam hal pengggemblengan akhlak atau perilakunya.
2. Masjid
Masjid ini merupakan unsur pesantren yang tidak bisa dipisahkan dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik ibadah lima waktu, khotbah dan salat Jumat dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.
3. Pengajaran Kitab-kitab Klasik
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik oleh pengasuh pondok (Kyai) atau ustaz biasanya dengan menggunakan sistem sorogan, wetonan, dan bandongan. Adapun kitab-kitab Islam klasik yang diajarkan di pesantren menurut Zamakhsyari Dhofir dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok, yaitu: (1) Nahwu (syntax) dan Sharaf (morfologi), (2) Fiqih (hukum), (3) Ushul Fiqh (yurispundensi), (4) Hadits, (5) Tafsir, (6) Tauhid (theologi), (7) Tasawuf dan Etika, (8) Cabang-cabang lain seperti Tarikh (sejarah) dan Balaghah.
4. Santri
Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami agama di pesantren. Zamakhsyari Dhofir berpendapat : “Santri yaitu murid-murid yang tinggal di dalam pesantren untuk mengikuti pelajaran kitab-kitab kuning atau kitab-kitab Islam klasik yang pada umumnya terdiri dari dua kelompok santri yaitu:
- Santri Mukim yaitu santri atau murid-murid yang berasal dari jauh yang tinggal atau menetap di lingkungan pesantren.
- Santri Kalong yaitu santri yang berasal dari desa-desa sekitar pesantren yang mereka tidak menetap di lingkungan kompleks peantren tetapi setelah mengikuti pelajaran mereka pulang.”
5. Kyai
Istilah Kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa (Manfred Ziemek, 1986). Kata Kyai mempunyai makna yang agung, keramat, dan dituahkan. Sebutan Kyai dimaksudkan untuk para pendiri dan pemimpin pesantren, yang sebagai muslim terhormat telah membaktikan hidupnya untuk Allah SWT serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran serta pandangan Islam melalui pendidikan. Begitu pentingnya kedudukan Kiai, selain sebagai tokoh sentral dalam tata kehidupan pesantren, sekaligus sebagai pemimpin pesantren bahkan pemimpin agama di masyarakat sekitarnya.
Dari sekian banyak pesantren di Indonesia, dapat dikategorikan menjadi dua yaitu : pesantren salaf dan pesantren kholaf (modern), entah siapa yang mencetuskan istilah tersebut. Tapi ringkasnya, pesantren Salaf adalah pesantren yang murni mengajarkan Pendidikan Agama sedangkan Pesantren Modern menggunakan sistem pengajaran pendidikan umum atau Kurikulum.
C. Kurikulum Pondok Pesantren
Perkembangan yg begitu pesat dalam ilmu pengetahuan dan tehnologi menyebabkan pengertian kurikulum selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu namun demikian satu hal yg permanen disepakati bahwa Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani semula populer dalam bidang olah raga yaitu Curere yg berarti jarak terjauh yg harus ditempuh dalam olahraga lari mulai start hingga finish. Kemudian dalam konteks pendidikan kurikulum diartikan sebagai “circle of instruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.
Dalam bahasa Arab Menurut Omar Muhammad (1979) term kurikulum dikenal dengan term manhaj yakni jalan terang yg dilalui manusia dalam hidupanya. Dalam konteks pendidikan kurikulum diartikan sebagai jalan terang yg dilalui oleh pendidik dan peserta didik utk menggabungkan pengetahuan ketampilan sikap dan seperangkat nilai.
Pemikir pendidikan Islam mungkin pernah berpikir kurikulum atau manajemen kurikulum seperti apakah yang diterapkan di dunia Islam pada masa kejayaannya dahulu sehingga mampu melahirkan filosof dan ilmuwan Islam yang sangat potensial. Kurikulum pendidikan Islam termasuk dalam hal ini pesantren haruslah memuat ciri-ciri sebagai berikut:
- Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan, kandungan, metode, alat dan tekniknya.
- Memiliki perhatian yang luas dan kandungan yang menyeluruh.
- Memiliki keseimbangan antara kandungan kurikulum dari segi ilmu dan seni, kemestian, pengalaman, dan kegiatan pengajaran yang beragam.
- Berkecenderungan pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, dan bahasa asing untuk perorangan mapun bagi mereka yang memiliki kesediaan, bakat dan keinginan.
- Keterkaitan kurikulum dengan kesediaan, minat kemampuan, kebutuhan, dan perbedaan perorangan di antara mereka.
Tuntutan ini terus berkembang sesuai dengan tantangan zaman yang dihadapi. Tantangan pendidikan Islam termasuk tantangan pesantren di zaman sekarang tentu sangat berbeda dengan zaman klasik dulu. Tuntutan di zaman sekarang ini lebih kompleks. Oleh karena itu, sebaiknya ada ciri-ciri permanen dan ciri-ciri responsif terhadap tuntutan zaman di dalam kurikulum pendidikan Islam termasuk pesantren.
Ciri-ciri permanen merupakan ciri-ciri elementer yang melekat pada pendidikan pesantren, misalnya dijiwai oleh nilai-nilai ketauhidan. Sementara itu, ciri-ciri responsif merupakan sikap dalam menghadapi tuntutan perkembangan zaman, seperti bersikap adaptif-selektif terhadap kecenderungan global. Di samping ciri-ciri kurikulum pesantren seperti dikemukakan di atas, kurikulum ideal haruslah memuat pula prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pesantren, yakni antara lain:
- Pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilainya.
- Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
- Keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kandungan kurikulum.
- Ada pertautan antara bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan pelajar. Seperti juga dengan alam sekitar, fisik, dan social di mana pelajar tersebut hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran, pengalaman, dan pembentukan sikapnya.
- Pemeliharaan perbedaan individual di antara pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan, dan masalahnya serta memelihara perbedaan di antara alam sekitar dan masyarakat.
- Prinsip perkembangan dan perubahan.
- Prinsip pertautan antar mata pelajaran, pengalaman,dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.
Di antara tujuh prinsip tersebut, terdapat prinsip perkembangan dan perubahan. Prinsip ini menunjukkan adanya dinamika dari kondisi yang serba kekurangan menuju kondisi yang lebih sempurna atau perubahan yang positif-konstruktif. Rekayasa pengembangan kurikulum harus senantiasa dilakukan karena pendidikan berupaya dijalankan secara efektif dan efisien, sehingga selalu diadakan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum tersebut. Evaluasi akan membuka tabir celah-celah kelemahan dan kekurangan yang kemudian diatasi dengan upaya pengembangan kurikulum. Selanjutnya, setelah kurikulum hasil pengembangan dilaksanakan, akan dievaluasi kembali untuk disempurnakan. Jadi mekanismenya senantiasa demikian sehingga perubahan kurikulum dapat berjalan secara berkelanjutan dan dinamis.
Dinamika ini menunjukkan salah satu model dan sistem pendidikan yang responsif terhadap perkembangan zaman yang selalu berubah-ubah. Sebenarnya pesantren lebih memiliki peluang untuk cepat berkembang lantaran kebebasan yang dimilikinya. Penguasaan bahasa asing, baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris oleh para santri di pesantren Gontor ternyata jauh lebih berhasil daripada di madrasah maupun sekolah yang mengikuti pola-pola kurikulum yang di kembangkan pemerintah.
III. ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan diklat kurikulum 2013 pada pondok pesantren didesain dengan langkah-langkah kegiatan pelatihan ditampilkan pada Gambar 2.
Pada kegiatan pengantar fasilitator melakukan apresepsi, mempersiapkan kondisi fisik dan psikis peserta pelatihan, menyampaikan tujuan, kompetensi yang diharapkan,rencana pelaksanaan kegiatan dan manfaat dari pelatihan.
Selanjutnya penyampaian materi umum kepada peserta diklat. Materi umum ini meliputi : dari perubahan mindset kurikulum 2013, rasional perubahan. Kegiatan selanjutnya adalah pembagian kelompok. Peserta dikelompokkan menurut jenjang mapel dan kelasnya masisng-masing.
Gambar 2 Alur Kegiatan Diklat
Selanjutnya pemberian materi tentang perangkat pembelajaran kepada peserta diklat. Kegiatan ini disampaikan berkaitan dengan perangkat pembelajaran, mekiputi : analisis SKL, KI dan KD, pendekatan saintifik, penilaian autentik, anaisis video pembelajaran, penyusunan RPP, penilaian dan rapor serta peer teaching. Peserta selalu dibimbing dalam pembuatan perangkat ini, karena banyak diantara perangkat yang harus membuat baru. Setiap satu materi peserta diberi kesempatan melakukan presentasi. Kegiatan dilanjutkan dengan peer teaching. Setelah itu dilakukan simpulan, penguatan dan tindak lanjut.
IV. HASIL DAN ANALISA
A. Hasil Kegiatan
Pelatihan kurikulum 2013 di pondok pesantren yang telah dilakukan di pondok pesantren Khalid Bin Walid Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau selama 3 hari melibatkan seluruh guru pondok pesantren dari jenjang SLTP dan SLTA. Banyaknya perangkat yang belum ada dan harus dirumuskan sendiri oleh guru. Adapun perangkat pembelajaran dalam kurikulum 2013 masih harus dikembangkan sendiri oleh guru, karena Kementerian Agama belum mengembangkannya. Perangkat-perangkat pembelajaran yang dikembangkan sendiri antara lain :
- SKL setiap jenjang Pendidikan
- KI setiap kelas
- KD setiap mapel
- Silabus
- RPP
Peserta pelatihan dikelompokkan berdasarkan kelas dan mapelnya. Mereka membuatnya perangkat tersebut masing-masing sesuai tugas di kelassnya. Hasil kegiatan ini nantinya diharapkan dapat digunakan pada proses pembelajaran di kelas.
B. Analisa
Penerapan kurikulum 2013 pada pondok pesantren sedikit berbeda dengan sekolah umum. Matapelajaran di pondok pesantren memiliki keunikan dibandingkan dengan sekolah umum. Beberaoa guru mengalami kesulitan mencari solusinya. Disamping itu perangkat kurikulum pondok pesantren belum selengkap sekolah umum, mereka kekurangan panduan dan acuan. Beberapa mencoba mengembangkan tapi menemui kendala yang sulit dipecahkannya.
Dilihat dari karakteristik matapelajaran, di pondok pesantren ada beberapa matapelajaran yang menekankan pada suatu kompetensi saja, misalnya tahfidz, kompetensi hafalan sangat ditekankan, tapi kompetensi lainnya tidak begitu diperhatikan. Di sini terkendala dalam menentukan keempat jenis kompetensi intinya, juga terkendala dalam langkah-langkah saintifiknya.
Matapelajaran di pondok pesantren memiliki konten materi yang belum distandarisasi oleh pemerintah pusat. Mereka mengembangkan sendiri sesuai dengan induk kurikulum yang mereka adopsi dari negara-neagar luar negeri (mesir, saudi arabia, sudan dan sebagainya). Mereka menggunakan kitab-kitab yang masih asli dalam bahasa arab. Guru harus menetapkan sendiri SKL, KI dan KD-nya. Apa yang mereka kerjakan seperti pekerjaan tim pengembang kurikulum. Dalam pelatihan ini peserta mengembangkan sendiri perangkat-perangkat pembelajaran yang ada, mulai dari menentapkan SKL, kemudian menetapkan KI. Setelah itu baru dilanjutkan dengan menetapkan KD setiap matapelajaran. Fasilitator melakukan pembimbingan dan pemberian contoh pembuatannya dengan berpegang pada kriteria-kriteria yang ada. Selanjutnya perumusan silabus matapelajaran juga harus dirumuskan sendiri. Perumusan silabus ini menjadi bahan yang nantinya digunakan dalam pengembangan RPP.
Kegiatan perumusan SKL, KI dan KD dalam pelatihan kurikulum 2013 di pondok pesantren ini menjadi kegiatan paling mendominasi, karena ini merupakan perangkat dasar dalam pengembangan kurikulum sekolah. Setelah kegiatan ini selesai maka baru dilanjutkan dengan pengembangan RPP. Dalam pelatihan ini karena terkendala waktu maka guru diberi kesempatan untuk mengembangan minmal 1 KD untuk dikembangkan menjadi sebuah RPP.
Dari segi pendekatan pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren juga perlu memilah-milah untuk dibuat dalam pola pendekatan saintifik. Mereka harus mengembangkan sendiri dari buku sumber (kitab), ditambah dengan buku pegangan siswa belum ada, mereka harus mengembangkan sendiri dengan kemampuan yang mereka miliki.
C. Pemecahan Masalah
Dari berbagai kendala yang dihadapi tersebut di atas maka kemudian dibuat langkah-langkah pemecahannya, sebagai berikut :
1. Penjelasan Konsep Dasar Kurikulum 2013
Fasilitator menjelaskan tentang konsep dasar dan mainset dalam Kurikulum 2013. Fasilitator menjelaskan bagian-bagian kurikulum 2013 yang berbeda dari kurikulum KTSP 2006 yang telah dikembangkan.
2. Penjelasan Kaitan dan Langkah-langkah Teknis Pembuatan Perangkat Pembelajaran
Fasilitator menjelaskan teknik dasar pengembangan perangkat pembelajaran. Fasilitator penjelaskan teori dan teknis dasar pengembangan perangkat, dimulai dari langkah-langkah menyusun dan penetapan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), langkah-langkah penetapan Kompetensi Inti (KI), langkah-langkah penetapan Kompetensi Dasar (KD), dan langkah-langkah penyusunan Silabus. Untuk mempermudah dalam penjelasan langkah-langkah ini fasilitator menggunakan pendekatan pola mapel umum, untuk itu fasilitator telah mengelompokkan mapel pondok yang memiliki kedekatan pola dengan mapel umum, seperti ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Pendekatan Pola dalam Penetapan Perangkat Pembelajaran
3. Pembimbingan dalam Pembuatan Perangkat SKL, KI, KD dan Silabus
Kegiatan ini berupa praktek pembuatan perangkat-perangkat tersebut. Dalam kegiatan ini peserta bekerja secara berkelompok perkelas dan permapel untuk membuat perangkat-perangkat SKL, KI, KD dan Silabus sesuai dengan mapel yang diampunya.
4. Pengembangan perangkat RPP dan Penilaian
Peserta dibimbing dalam pembuatan langkah-langkah pembelajaran saintifik mengamati, menanya, mencoba dan mengkomunikasikan (5 M), penerapan model pembelajaran, pembuatan perangkat penilaian dan mengemas dalam bentuk RPP.
Pembuatan perangkat-perangkat tersebut diperlukan pemahaman guru yang menyeluruh terntang muatan materi dalam setiap mapel. Guru diharapkan membedah kitab-kitab yang digunakan dalam pembelajaran. Mereka mensarikan point-point pokok yang menjadi intisari pembelajaran mereka. Point-point pokok tersebut dipilah-pilah menjadi kompetensi inti setiap kelas. Untuk selanjutnya diuraikan menjadi point-point matapelajaran dalam bentuk KD setiap pertemuan.
Perumusan perangkat pembelajaran ini diperlukan pemahaman ruh dan filosofis dalam kurikulum 2013. Guru harus paham terlebih dahulu tentang pola pengembangan dalam kurikulum 2013. Dengan memahami pola pengembangan ini maka guru dapat menerapkannya dalam matapelajaran yang mereka ampu. Solusi yang dipersiapkan oleh fasilitator yaitu dengan menguraikan dengan lengkap mekanisme pengembangan perangkat pembelajaran dan hubungan-hubungan antara satu perangkat dengan perangkat lainnya. Selain itu konsep-konsep juga dijelaskan dengan lengkap. Fasilitator menerapkan teknik mensederhanakan konsep, sehingga bagaimana konsep dapat dipahami oleh peserta pelatihan.
Berbagai kendala dan keterbatasan yang ada juga kreativitas guru (peserta diklat) untuk mengatur aplikasi materi ke dalam jenjang kelas. Mereka harus banyak menggunakan inovasi dan variasi bagaimana mengembangkan materi pembelajaran dapat dikemas dalam bentuk saintifik dalam format kurikulum 2013. Setiap tema harus diperlukan kreasi sendiri untuk dapat mengarahkan siswa, mengajak siswa belajar, tidak hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan.
Perangkat pembelajaran yang telah mereka buat kemudian dilakukan komunikasi dan diskusi antar sesama peserta pelatihan. Kegiatani ini sebagai konfirmasi untuk membahas pengembangan perangkat pembelajaran yang telah mereka lakukan sebelum ditetapkan menjadi ketetapan sekolah. Kegiatan ini dilakukan oleh fasilitator dengan bentuk presentasi dan tanya jawab terhadap tugas yang mereka buat. Presentasi dilakukan setiap materi diklat yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran.
Hasil kegiatan peserta cukup antusias mengikuti kegiatan ini, mereka merasa sangat butuh pengalaman bagaimana cara pembuatan SKL, KI, KD dan Silabus. Namun karena terbatasnya waktu pelatihan maka pekerjaannya akan dilanjutkan setelah selesai pelatihan. Selanjutnya akan dijadikan langsung sebagai bahan praktek pembelajaran langsung dan kelengkapan administrasi pondok.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan pelatihan kurikulum 2013 di pondok pesantren dapat diselenggarakan dengan baik. Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan kurikulum 2013 di pondok pesantren diantaranya dikarenakan belum lengkapnya perangkat pembelajaran yang mendukung kurikulum 2013, diantaranya : SKL, KI, KD, Silabus. Perangkat-perangkat pembelajaran ini merupakan bahan dasar dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolah yang pada sekolah umum telah dipersiapkan oleh tim pengembang kurikulum di Jakarta.
Pelatihan kurikulum 2013 di pondok pesantren difokuskan pada penyiapan perngkat-perangkat dasar pengembangan kurikulum 2013 yang sebelumnya dilakukan pembahasan tentang maindset dan rasional serta pemahaman pola dasar pengembangan kurikulum dalam kurikulum 2013. Fasilitator merancang langkah-langkah diklat yang dijelaskan dengan pemikiran yang sederhana, sehingga mudah dipahami oleh peserta diklat. Selanjutnya peserta dikelompokkan dalam jenjang sekolah dan kelas, serta mapel untuk melakukan tugas ini. Terakhir tugas hasil pekerjaan peserta ini dipresentasikan sebagai bentuk konfirmasi dengan peserta diklat lain.
B. Saran
Dalam pelatihan kurikulum 2013 untuk pondok pesantren sebaiknya setiap peserta terlebih dahulu membawa buku panduan materi (kita) yang diajarkan di pondok. Kitab ini nantinya akan dibedah diuraikan menjadi SKL, KI dan KD mapel yang diampunya tersebut.
Produk pelatihan ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi pondok pesantren lain yang akan mengembangkan pembelajaran dengan kurikulum 2013.
VI. DAFTAR LITERATUR
- Anonymous, 2013, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 (SMP/MTs IPA), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta.
- Anonymous, 2014, Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional, http://beritaislamimasakini.com/kurikulum-pendidikan-pondok-pesantren-tradisional.htm.
- Anonymous, 2014, Deskripsi Kurikulum Pondok Pesantren, http://jailanihm.com/deskripsi-kurikulum-pondok-pesantren.
- Sutrisno, E., 2011, Tesis Pengemban Kurikululm Pesantren, http://edysutrisno.blogspot.com/2011/09/tesis-pengemban-kurikulum-pesantren.html.
- Anam, S., 2012, Manajemen Kurikulum Pesantren Mu’adalah Dirosatul Muallimin Islamiyah Pondok Pesantren Al-Hamidy Banyuanyar Palengaan Pamekasan, http://tadris.stainpamekasan.ac.id/index.php/jtd/article/viewFile/112/219.
- Aly, A., 2012, Model Kurikulum Pendidikan Islam Multikultural Di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta, http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/2330.
- Astutik, N.N.M.,2010, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Pondok Pesantren Mu’adalah dan Ghoiru Mu’adalah: (Studi Multi Kasus di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan), http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/6619.