Pekanbaru – (02/08/2017) ~ Siapa yang tidak mengenal pahlawan ini, seorang bapak pendiri bangsa (founding father Indonesia) sekaligus Presiden pertamanya. Beliau adalah Ir. Soekarno yang lebih dikenal dengan nama Bung Karno. Pemimpin kharismatik yang disegani kawan maupun lawan. Mendapat julukan singa podium, karena pidatonya yang berapi-api hingga mampu membakar semangat seluruh rakyat Indonesia untuk berjuang meraih kemerdekaan. Semasa hidup, beliau dikenal dekat dengan rakyat Indonesia hingga beliau mendapat sebutan sebagai penyambung lidah rakyat Indonesia.
Presiden Soekarno sangat disegani oleh para pemimpin negara-negara di dunia pada waktu itu. Ir. Soekarno dilahirkan di Blitar, Jawa Timur, pada tanggal 6 Juni 1901 dengan nama asli bernama Koesno Sosrodihardjo. Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur sebelas tahun namanya dirubah menjadi Soekrno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perah dalam kisah Bharata Yudha, yaitu Karna. Nama “Karna” menjadi Karno karena dalam bahasa Jawa, huruf “a” berubah menjadi “o”, sedangkan awalan “su” memiliki arti “baik”.
Ayah beliau bernama Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Orang tuanya bertemu di Bali ketika ayahnya menjadi guru di Bali dan ibunya merupakan bangsawan Bali. Soekarno diketahui memiliki saudara atau kakak kandung perempuan yang bernama Sukarmini.
Semasa kecil, Soekarno tidak tinggal bersama dengan orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal bersama kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo di Tulungangung, Jawa Timur. Soekarno bahkan sempat bersekolah disana walaupun tidak sampai selesai untuk kemudian ikut bersama orang tuanya pinda ke Mojokerto.
Di Mojokerto, Soekarno kemudian bersekolah di Eerste Inlandse School dimana ayahnya juga bekerja disana sebagai guru. Namun ia dipindahkan tahun 1911 ke ELS (Europeesche Lagere School) yang setingkat Sekolah Dasar untuk dipersiapkan masuk ke HBS (Hogere Burger School) di Surabaya. Setelat tamat dari HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal di rumah H. Oemar Said Tjokroaminoto yang merupakan kawan dari ayahnya.
Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin oleh Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Muso. Dharsono, H. Agus Salim, dan Abdul Muis. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian berganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada tahun 1918. Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian “Oetoesan Hindia” yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.
Tamat HBS di Surabaya, Juli 1921, bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan Teknik Sipil pada tahun 1921. Setelah dua bulan beliau meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali dan tamat pada tahun 1926. Soekarno dinyatakan lulus ujian Insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6, 3 Juli 1926, Soekarno diwisuda bersama delapan belas Insinyur lainnya.
Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman H. Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Sebagai Arsitek
Soekarno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai arsitek alumni dari Technische Hoogenschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung. Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari dan banyak mengerjakan rancang bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga marancang dan membangun rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya. Ketika dibuang ke Bengkulu, Soekarno menyempatkan merancang beberapa rumah dan merenovasi total Masjid Jami’ di tengah kota.
Semasa menjabat sebagai Presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Beberapa karya yang dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi. Diantaranya adalah pembangunan Masjid Istiqlal yang diprakarsai oleh Ir. Soekarno pada tahun 1951 dan Monumen Nasional yang direncanakan pembangunannya oleh Ir. Soekarno pada tahun 1960.
Pada tahun 1955, ketika Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Majidil haram secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf.
Masa Pergerakan Nasional
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya, Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja dan bukan dalam bahasa Belanda.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929 dan memunculkan pledoinya yang fenomenal, Indonesia Mengugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo) yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933 dan diasingkan ke Flores. Disini Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh Nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hassan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942, Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945) pemerintah Jepang sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk “mengamankan” keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya pemerintah pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI, dan PPKI; tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh Nasional bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sultan Syahrir dan Amir Sjarifussin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pambacaan teks Proklamasi Kemerdekaan mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar-dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskan proklamasi kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok.
Peristiwa Rengasdengklok
Terjadinya perbedaan antara golongan tua dengan golongan muda pada saat itu. Perbedaan tersebut mengenai hal kemerdekaan, kedua golongan tersebut sama-sam menginginkan kemerdekaan. Namun golongan tua ingin proklamasi melalui PPKI sedangkan golongan muda tidak ingin proklamasi melalui PPKI karena organisasi tersebut merupakan bentukan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Akhirnya pada tanggal 16 Juli 1945, golongan muda melakukan penculikan terhadap Soekarno dan Mohammad Hatta. Keduanya kemudian dibawa ke daerah Rengasdengklok dengan tujuan agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan menjauhkannya dari pengaruh Jepang. Peristiwa penculikan ini kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Rengasdengklok.
Mengetahui Soekarno dan M. Hatta dibawa ke Rengasdengklok membuat Ahmad Soebardjo kemudian menjemput Soekarno dan M. Hatta. Sultah Syariri yang dikenal sering berseberangan pendapat dengan Soekarno marah mendengar para golongan muda menculik Soekarno dan Hatta dan menyuruh mereka membawanya kemabali ke Jakarta.
Tiba di Jakarta, Soekarno dan M. Hatta beserta pemimpin lainnya bertemu dengan Laksamana Maeda dirumahnya di Jl. Imam Bonjol. Laksamana Maeda kemudian menjamin keselamatan Soekarno dan para pemimpin lain dan mempersilahkan Soekarno dan M. Hatta untuk merumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Bersama dengan Ahmad Soebardjo mereka bertiga merumuskan teks proklamasi kemerdekaan yang kemudian diketik ulang oleh Sayuti Malik.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang. Pada tanggal tersebut juga diperingati sebagai hari Kemerdekaan bangsa Indonesia dimana Pancasila kemudian dibentuk oleh Soekarno sebagai dasar dari negara Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan inilah yang kemudian membawa Ir. Soekarno bersama dengan M. Hatta diangkat sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia dalam sejarah bangsa Indonesia oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi Presiden dan Wakil Presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.
Indonesia Selama Pemerintahan Presiden Soekarno
Selama pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia sebagai negara baru ketika itu bertahan dari berbagai permasalahan yang kerap menggoyahkan stabilitas negara Indonesia. Pertama kali dengan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda yang kembali menjajah Indonesia setelah Jepang menyerah.
Kemudian muncul pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Muso (kawan lama Soekarno) dan Amir Syarifudin, Pemberontakan Permesta, Pemberontakan Republik Maluku, Pemberontakan APRA oleh Westerling, dan pemberontakan Darul Islam atau DI/TII oleh Kartosuwiryo yang merupakan kawannya sendiri ketika Soekarno masih muda.
Meskipun banyak dilanda masalah pada awal-awal lahirnya negara di bawah pemerintahan Soekarno, Indonesia mulai terkenal di mata Internasional. Banyak pemimpin dunia seperti John F. Kennedy yang merupakan Presiden Amerika ketika itu dan Fidel Castro (Presiden Kuba), dan pemimpin negara lain menaruh hormat pada Presiden Soekarno.
Indonesia ketika itu dikenal sebagai negara non blok dan sempat berhubngan erat dengan Rusia dan ditandai dengan pembelian senjata untuk pertahanan secara besar-besaran dari Rusia dan juga untuk melawan Belanda ketika sedang melakukan upaya pembebasan Irian Barat. Selain itu, Indonesia melalui presiden Soekarno membentuk poros Jakarta-Beijing-Moskow yang membuat konfrontasi dengan blok barat semakin tinggi.
Hal ini juga membuat Indonesia semakin berhaluan kiri ditandai dengan semakin berkembangnya komunis ketika itu dimana muncul istilah “NASAKOM” yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno.
Indonesia bahkan sempat berganti sistem pemerintahan dari sistem parlementer menjadi presidentil dari tahun 1945 hingga 1960an. Dan pada tahun 1960an pergolakan politik yang amat hebat terjadi di Indonesia. Penyebab utamanya adalah adanya pemberontakkan besar oleh PKI (Partai komunis Indonesia) yang dikenal dengan sebutan G30-S/PKI dimana dari peristiwa ini kemudian membuat akhir cerita dari pemerintahan presiden Soekarno dan juga orde lama berakhir.
Hal ini ditandai dengan adanya “Supersemar” atau Surat Perintah Sebelas Maret di tahun 1966 yang terkenal dam masih menjadi kontroversi sejarah sebab naskah aslinya tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang. Supersemar dikeluarkan oleh Presiden Soekarno dan berisi himbauan dari presiden Soekarno ke Soeharto agar bisa mengendalikan keamanan dan juga ketertiban negara yang ketika itu sedang kacau dan juga berisi mandat pemindahan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto yang kelak menjadikan Soeharto sebagai Presiden yang baru bagi bangsa Indonesia.
Akhir Hayat Soekarno
Soekarno telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional.
Soekarno masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik. Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh dr. Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan.
Walaupun Soekarno pernah emminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970.
Jenazah Soekarno dibawa ke Blitas sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya. Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.
Penghargaan
Soekarno mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan di luar negeri. Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain Universitas Gajah Mada (19 September 1951), Institus Teknologi Bandung (13 September 1962), Universitas Indonesia (2 Februari 1963), Universitas Hasanuddin (25 April 1963), Institut Agama Islam Negeri Jakarta (2 Desember 1963), Universitas Padjajaran (23 Desember 1964), dan Universitas Muhammadiyah (1 Agustus 1965).
Mendapatkan penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki. Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari Apartheid. Penghargaan lainnya Bintang Mahaputera Adipurna (1959), Lenin Peace Prize (1960), Philippine Legion of Honor (Chief Commander, 3 Februari 1951).
Karya Tulis
- Pancasila dan Perdamaian Dunia
- Kepada Bangsaku : Karya-karya Bung Karno Pada Tahun 1926-1930-1933-1947-1957.
- Cindy Adams. (1965). Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
- Pantja Sila Sebagai Dasar Negara.
- Bung Karno Tentang Marhaen Dan Proletar.
- Negara Nasional Dan Cita-Cita Islam: Kuliah Umum Presiden Soekarno.
- (1933). Mencapai Indonesia Merdeka.
- (1945). Lahirnya Pancasila
- (1951). Indonesia Menggugat: Pidato Pembelaan Bung Karno di Depan Pengadilan Kolonial.
- (1951). Sarinah: Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik Indonesia.
- (1957). Indonesia Merdeka.
- (1959). Dibawah Bendera RevolusiJilid 1. (kumpulan esai)
- (1960). Dibawah Bendera RevolusiJilid 2. (kumpulan esai)
- (1960). Amanat Penegasan Presiden Soekarno Didepan Sidang Istimewa Depernas Tanggal 9 Djanuari 1960.
- (1964). Tjamkan Pantja Sila ! : Pantja Sila Dasar Falsafah Negara.
- (1964). Komando Presiden/Pemimpin Besar Revolusi: Bersiap-sedialah Menerima Tugas untuk Menjelamatkan R.I. dan untuk Mengganjang “Malaysia”!
- (1965). Wedjangan Revolusi.
- (1965). Tjapailah Bintang-Bintang di Langit: Tahun Berdikari.
- (1965). Pantja Azimat Revolusi.
Demikian, semoga bermanfaat…….. (@nunovia)
Sumber (dirangkum dari berbagai sumber) :
- Biografi Ir. Soekarno – Pahlawan Nasional –http://www.ilmusiana.com/2015/06/biografi-ir-soekarno-pahlawan-nasional.html
- Biografi Lengkap Ir. Soekarno – https://mugiwara79.blogspot.co.id/2014/11/biografi-lengkap-ir-soekarno.html
- Biografi Ir. Soekarno, Presiden Pertama Indonesia – http://www.biografipedia.com/2015/08/biografi-ir-soekarno-presiden-pertama-indonesia.html
- Biografi Presiden Soekarno – http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-presiden-soekarno.html
- Soekarno – https://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno