Pendahuluan
Pemenuhan mutu pendidikan melalui Model Kelas Sukses (MKS) merupakan salah satu cara yang diterapkan untuk membantu pencapaian 4 (empat) Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan memotivasi 4 (empat) SNP lain untuk bersama-sama mencapai SNP. Adapun 4 SNP yang dicapai dalam MKS adalah Standar Kelulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian. Sedangkan 4 SNP lain yang diharapkan termotivasi adalah Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikkan (PTK) dan Standar Pembiayaan.
Penerapan MKS diperuntukkan untuk Guru yang akan menjalankan proses pembelajaran, yang mengantarkan peserta didiknya untuk memiliki keterampilan Kecakapan Abad 21. Untuk itulah MKS diterapkan sebagai salah satu cara dalam menyonsong Indonesia Emas Tahun 2045. Dalam penetapan MKS sebagai bentuk pembinaan berdasarkan analisis data Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP) Propinsi Riau tahun 2017. Dasar pemilihan 4 SNP dalam MKS berdasarkan pada : 1) kebutuhan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, 2) data Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP) Propinsi Riau Tahun 2016.
Tujuan
- Guru : Meningkatkan keterampilan guru dalam kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian karena dalam MKS menimbulkan kesadaran guru untuk memahami dan memenuhi 4 kompetensi guru yang harus dimiliki.
- Kepala Sekolah : Meningkatkan keterampilan supervisi akademik kepada guru, sehingga setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru terpantau dan terbimbing oleh kepala sekolah.
- Pengawas : Meningkatkan keterampilan supervisi akademik kepada guru dan supervisi manajerial kepada kepala sekolah sehingga setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah di sekolah binaan dapat terpantau dan terbimbing dengan baik.
Prosedur Pembinaan
MKS diperuntukkan untuk mendorong pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan peserta didik sukses dalam pendidikan yang memiliki kompetesi sesuai dengan tingkat minimal kompetsi dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Prosedur pelaksanaan Model Kelas Sukses dapat dilihat pada alur di bawah ini.
Keterangan :
Fase | Pengertian | Kegiatan | Yang Terlibat |
Fase 1
Penyamaan Konsep |
Guru diberikan pemahaman secara teori dan praktek terkait kosep dasar, teknik dan cara penerpkannya sehingga guru yang terlibat dalam MKS memiliki konsep yang sama dan dalam menyelesaikan masalah bisa berkolaboratif dengan baik. | 1. Overviuw 8 SNP
2. Penyamaan konsep 3. Penyusunan Soal UKA 4. Pemeriksaan Soal yang disusun oleh guru |
1. Widyaiswara
2. Pengawas 3. Kepala Sekolah 4. Guru Kelas X, XI dan XII |
Fase 2
Pelaksanaan Kompetensi Awal (UKA) |
Guru melaksanakan UKA kepada peserta didik untuk melihat ketuntasan KD yang diajar selama proses pembelajaran. | 1. Peserta didik mengerjakan soal yang telah disusun oleh guru
2. Guru melakukan pengawasan saat proses UKA berlangsung |
1. Guru Kelas X, XI dan XII
2. Peserta Didik VI, IX dan XII |
Fase 3
Analisis Data UKA |
Memberikan informasi kepada guru pada KD-KD yang perlu diberikan perlakuan tindak lanjut. | 1. Guru mengimput data pada format yang telah disediakan
2. Guru melakukan analisis hasil UKA 3. Dikusi terkait hasil UKA anatara Guru, Widyaiswara, Pengawas dan Kepala Sekolah |
Yang terlibat sama dengan Fase 1 |
Fase 4
Penetapan Bentuk Pembinaan |
Bentuk pembinaan dilakukan secara:
a. Individual, jika 25% jumlah peserta didik dalam satu kelas tidak mencapai KKM (pada KD tingkat kelas di bawahnya) b. Kelompok, jika 50% jumlah peserta didik dalam satu kelas tidak mencapai KKM, (pada KD tingkat kelas di bawahnya) c. Klasikal, jika KD diajarkan pada kelas yang sedang menerapkan MKS. |
1. Diskusi terkait penetapan pembinaan beradasarkan hasil analisis
2. Pemilihan penetapan pembinaan berdasarkan: a. Pembinaan individual b. Pembinaan kelompok c. Pembinaan Klasikal 3. Guru mempelajari bentuk-bentuk pembinaan yang telah ditetapkan |
Yang terlibat sama dengan Fase 1 |
Fase 5
Pelaksanaan Pembinaan |
Pembinaan dilakukan oleh guru berdasarkan pada tingkat kelas KD di ajarkan. Pembinaan dilakukan secara kolaboratif oleh guru yang terlibat dalam MKS dan menekankan pada pembelajaran yang berorientasi HOTS. | 1. Guru melaksanakan pembinaan kepada peserta didik
2. Widyaiswara, pengawas dan kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap pembinaan yang dilakukan guru 3. Widyaiswara, pengawas dan kepala sekolah melakukan reviuw terhadap pembinaan yang dilakukan sehingga pembinaan selanjut semakin baik. 4. Peserta didik menjalani pembinaan yang dilakukan oleh guru |
Yang terlibat sama dengan Fase 1 |
Fase 6
Uji Kompetensi Pembinaan (UKP) dan Pelaporan |
Guru melaksanakan UKP untuk melihat pengaruh dari pembinaan yang dilakukan kepada peserta didik dan menjadi tolak ukur sebagai peningkatan kompetensi guru. Dan guru melaporkan hasil UKP. | 1. Peserta menjalankan UKP setelah melaksanakan pembinaan selama 2 bulan
2. Guru melakukan pengawasan terhadap UKP 3. Melaporkan hasil UKP kepada Kepala Sekolah, Pengawas dan Widyaiswara untuk melihat hasil pembinaan |
1. Guru Kelas X, XI dan XII
2. Peserta Didik VI, IX dan XII |
Hasil Pembinaan
Penerapan MKS lebih kurang 5 (lima) bulan di kelas XII jurusan Gambar Bangunan SMKN 1 Bangko Kabupaten Rohil yang memberikan perubahan pada pencapaian hasil belajar peserta didik dan kompetensi guru hasil ini terlihat dari:
1. Fase 1: Penyamaan Konsep
Kegiatan Fase ini dilakukan tanggal 13 November 2018 di SMKN 1 Bangko Kab. Rokan Hilir.
- Overviuw 8 SNP : Widyaiswara bersama-sama dengan kepala sekolah dan pengawas memberikan pemahaman kepada guru terkait 8 SNP. Pemahaman terhadap SNP lebih difokuskan kepada 4 SNP yang dekat dengan guru yaitu SKL, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian.
- Penyamaan Konsep : Guru yang terlibat dalam MKS sudah mengetahui tentang teknik penyusunan soal HOTS, penyusunan RPP, melakukan penilaian, dan konsep dasar Lesson Study. Tetapi konsep guru yang terlibat dalam MKS berbeda-beda dikarena bahan bacaan, dari narasumber yang berbeda, dan guru tidak terampil dalam menerapkannya. Untuk itu widyaiswara melatih guru dalam 4 keterampilan tersebut dengan menggunakan lembar kerja (LK). Lampiran 6.
- Penyusunan Soal UKA: Uji Kompetensi Awal (UKA) peserta didik dilakukan dengan menggunakan soal-soal yang dibuat oleh guru yang terlibat dalam MKS. Guru yang terlibat dalam MKS adalah guru mata pelajaran Matematika kelas X, XI dan XII SMK Negeri 1 Bangko Kab. Rokan Hilir. Penyusunan soal dimulai dari pembuatan kisi-kisi soal yang diturunkan dari KD kelas X berjumlah 9 KD, XI berjumlah 4 KD dan XII berjumlah 7 KD dengan total 20 KD. Pemilihan KD ini didasarkan pada kisi-kisi soal USBN tahun 2018. Soal yang dibuat oleh guru sebanyak 2 paket soal dari Indikator soal yang sama. Satu soal digunakan untuk UKA dan satu soal lagi digunakan untuk UKP. Kisi-kisi soal, soal UKA dan UKP pada lampiran 3, 4 dan 5.
Aktifitas pada fase 1 ini terlihat pada foto berikut ini:
2. Fase 2 : Pelaksanaan Uji Kompetensi Awal (UKA)
Uji kompetensi Awal dilakukan pada tanggal 19 Desember 2017 yang dihadiri Widyaiswara pembina. Guru mengatur tempat duduk peserta didik. Dengan pengaturan ini diharapkan peserta didik mengerjakan secara mandiri sehingga diperoleh informasi yang akurat terkait tingkat pencapaian KD nya. Pelaksanaan UKA berlangsung lebih kurang 120 menit dengan 40 soal pilihan ganda. Aktifitas fase 2 terlihat pada foto berikut ini:
3. Fase 3 : Analisis Data UKA
Analisis data UKA dilakukan secara terbimbing oleh widyaiswara tanggal 19 Desember jam 14.00 WIB setelah peserta selesai pada pagi harinya melaksanakan UKA. Analisis memberikan informasi terkait :
- Rata-rata capaian kelas sebesar 33.54.
- Capaian Ketuntasan Kompetensi Dasar Peserta Didik
Salah satu contoh, 1 (satu) orang peserta didik terlihat dari 19 KD hanya 3 KD yang tuntas dan 16 KD yang belum tuntas.
Data lengkap dari hasil analisis UKA dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Fase 4 : Penetapan Bentuk Pembinaan
Diskusi pembinaan dilakukan pada tanggal 20 Desember 2017. Berdasarkan hasil analisis UKA, ditetapkan bentuk pembinaan dengan membagi peserta didik menjadi 3 kelompok pembinaan. Peserta didik yang KD-nya tidak mencapai KKM dikelompokkan berdasarkan pada tingkat kelas KD tersebut diajarkan dan yang bertanggung jawab melakukan pembinaan adalah guru tingkat kelas tersebut.
- Pembinaan individu : Dari analisis tidak ada peserta didik yang akan dibina secara individu.
- Pembinaan Kelompok dengan hasil:
- KD kelas X : 3.1 berjumlah 11 orang, 3.3 berjumlah 7 orang, 3.4 berjumlah 16 orang, 3.6 berjumlah 15 orang, 3.8 berjumlah 16 orang dan 3. 15 berjumlah 16 orang.
- KD Kelas XI: 3.21 berjumlah 8 orang, 3.23 berjumlah 16 orang dan 3.28 berjumlah 8 orang.
- Pembinaan klasikal dengan hasil KD 3.26 berjumlah 15 orang, 3.28 berjumlah 16 orang, 3.30 berjumlah 9 orang, 3.31 berjumlah 14 orang, 3.32 berjumlah 16 orang dan 3.33 berjumlah 13 orang.
4. Fase 5 : Pelaksanaan Pembinaan
Berdasarkan hasil analisis UKA dan penetapan pembinaan, guru melakukan pembinaan terhadap peserta didik dalam jangka waktu 2 bulan (Januari dan Februari 2018). Pembinaan dalam bentuk:
- Secara Kelompok:
- Guru memberikan tugas-tugas yang dikerjakan oleh peserta didik dalam bentuk tugas individu dan tugas kelompok.
- Guru mengumpulkan peserta didik sekitar 30 menit di luar jam wajib belajar untuk membahas KD yang bermasalah dalam bentuk mengerjakan soal dan diskusi.
- Guru memanfaatkan tutor sebaya mengatasi keterbatasan waktu, karena peserta didik tidak bisa dipaksakan berlama-lama untuk mengikuti pembelajaran di luar jam wajib belajar. Jika dipaksa akan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan sehingga menyebabkan materi yang diberikan menjadi sia-sia.
- Secara Klasikal:
- Pemberian soal-soal terkait dengan KD yang bermasalah dengan cara mengerjakan soal 10 s.d 15 menit sebelum proses pembelajaran berlangsung pada mata pelajaran Matematika.
- Pada saat pembinaan klasikal dilakukan “open class” guru kelas XII melakukan pembelajaran dan guru kelas X, dan XI melakukan pengamatan. Untuk open class RPP dirancang secara bersama-sama oleh guru. Hal ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada 3 guru terkait dengan permasalahan belajar peserta didik sehingga pembinaan semakin baik.
- Guru menggunakan berbagai media, model pembelajaran untuk menarik minat belajar peserta didik.
- Guru memanfaatkan tutor sebaya dalam mengatasi pembimbingan peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.
5. Fase 6 : Pelaksanaan UKP dan analisis hasil
Pelaksanaan UKP tanggal 21 Februari 2018 yang berlangsung selama 90 menit dengan jumlah 40 soal. Dan analisis UKP dilakukan oleh guru sendiri tanpa didampingi oleh Widyaiswara Pembina. Guru melakukan analisis berdasarkan pengalaman saat melakukan analisis UKA dengan menggunakan format dan teknik yang sama.
Berdasarkan hasil analisis UKP diperoleh hasil rata-rata kelas dari 16 peserta didik yang ikut dan 19 KD yang berasal dari kelas X, kelas XI dan kelas XII adalah 41.73. Lampiran 8. Secara klasikal dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Keterangan: Biru = UKA dan Merah = UKP
Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa pembinaan yang dilakukan oleh guru boleh dikatakan berhasil. Dimana terjadi peningkatan dari 33.54 hasil UKA, setelah dilakukan pembinaan lebih kurang dalam waktu 2 bulan peserta didik mengalami peningkatan pada hasil belajar yaitu 41.73.
Ini menjelaskan bahwa pembelajaran yang berorienstasi HOTS dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Serta memberikan pengalaman dan kesadaran kepada guru bahwa kentuntasan KD dalam proses pembelajaran sangat besar pengaruhnya dalam pencapaian hasil pada peserta didik. Di samping itu dengan memberikan pembinaan yang maksimal oleh kepala sekolah dan pengawas sangat memotivasi guru untuk membimbing peserta didiknya dalam mencapai hasil yang baik.
Simpulan dan Rekomendasi
1. Simpulan
- MKS memiliki 6 fase dan setiap fase yang dilakukan oleh guru memberikan pengalaman dalam meningkatkan keterampilan guru.
- Pembinaan yang dilakukan dengan tepat dan berkelanjutan oleh guru kepada peserta didik merupakan kunci keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil UKA mencapai 54 mengalami peningkatan setelah dilakukan pembinaan selama 2 bulan dengan hasil UKP yaitu 41.73.
- Meningkatnya keterampilan guru dalam pembelajaran berorientasi HOTS.
- Timbulnya kesadaran guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, bahwa kentuntasan pada KD sangat berpengaruh besar pada peserta didik dalam pembelajaran. Kentuntaskan KD pada tingkat kelas tertentu akan sangat berpengaruh pada saat peserta didik menjalani ujian untuk kelulusan.
2. Rekomendasi
- Model Kelas Sukses (MKS) merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan untuk meningkatkan komptensi sebagai pendidik dan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik karena itu MKS diharapkan dapat diterapkan terus oleh guru kelas XII dan tingkatan kelas lain.
- Kepala sekolah dan pengawas tetap memantau guru dalam menerapkan MKS dan menyarankan kepada guru lain untuk ikut menerapkan MKS di dalam proses pembelajaran yang dilakukannya.
- Widyaiswara selalu berperan aktif dalam memantau penerapan MKS
Widyaisra Pembina : Reisky Bestary, M.Pd